Kamis, 12 Mei 2022

Kacamata Bagi Kaum Rabun Jauh

 


Bagi sebagian orang kacamata adalah mode. Mereka menggunakan kacamata untuk mempermanis diri atau menghindari paparan sinar matahari. Mereka pun bisa memakai kacamata sesuka hati kapanpun mereka mau. Mereka juga bisa bertahan tanpa kacamata. Mereka tidak berpusing ria ketika kacamata mereka tidak berada ditempatnya. Atau mereka tidak perlu menangis berdarah-darah ketika kacamata kesayangannya patah. Karena mereka bisa membeli yang baru tanpa harus terburu-buru. Berbeda denganku, kaum rabun jauh. Yang harus menangis ketika kacamata tidak berada pada tempatnya. Harus berkata apa jika kacamata patah atau pecah bukan ditempat dan waktu yang tepat. "Ya ampun kacamataku... Bagaimana ini" ataukah berkata "Ya patah kacamataku, ya sudah beli lagi" atau berkata "alhamdulillah akhirnya ganti juga kacamataku..." atau kata-kata yang lain. Yang jelas apapun kalimat yang terucap pertama kali saat itu yang terpenting adalah aku harus mencari pengganti kacamata itu saat itu juga. 

Kami terutama aku kaum rabun jauh, merasa sebagian jati diri hilang ketika kacamata kami tak berada ditempatnya. Merasa ini bukan aku, karena tak ada bayangan yang terlukis di depan mata. Hanya sekedar bentukan tapi tak berwujud. Sekedar warna tapi tak berwarna atau apalah sulit digambarkan. 

Maafkan kami terutama aku kaum rabun jauh jika dirimu senyum kubalas manyun tanpa kacamata. Jika dirimu marah kubalas ramah seakan mengejek tanpa lensa tambahan. Raut muka hambar tanpa rasa, karena bukan keindahan dunia yang kulihat melainkan kerabunan yang memenatkan kepala.

Bagi kami terutama aku kaum rabun jauh, kacamata ibarat nasi jika dalam makanan. Jika berjalan tanpa kacamata seperti berjalan dalam angan. Jika berbicara tanpa kacamata berasa tak percaya diri.. Apalgi jika membaca atau melihat rasanya hancur hidup ini. 

Kacamata bagi kami adalah kebutuhan pokok, yang kami pakai sepanjang hari tanpa gonta ganti. Yang kami pakai meski kami merasa berat. Yang kami pakai tanpa melihat waktu dan tempat. Yang kami pakai meski kami merasa bosan dengan modelnya. 

Kalau yang lain ke pantai pakai kacamata hitam, kami kepantai pakai kacamata rabun jauh. Kalo yang lain pakai motor dengan kacamata kece,kami masih pakai kacamata yang sama. Kalau yang lain pakai kacamata dikepala untuk gaya di foto aku masih tetap memakai kacamata ditempat yang sama yaitu mata. Begitulah kami terutama aku kaum rabun jauh. 


Dan ketika kacamata kami patah di waktu dan tempat yang tidak tepat, kami diam dalam kegalauan yang sulit diungkapkan. 

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...