Minggu, 19 Juni 2022

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh dengan persaingan akademik tentu butuh banyak duit. Sebagian besar anak-anak yang sekolah di tempat tersebut mengikuti tambahan pelajaran di luar sekolah. Ada yang privat maupun ikut lembaga bimbingan belajar. Ada yang les musik, ada pula yang les vokal. Ada yang ikut pelatihan semacam pelatihan bulu tangkis, tenis meja atau sepak bola. Mereka tidak hanya ikut kegiatan ekstrakurikuler saja tapi ikut klub-klub yang sesuai juga dilakoni. Iri? Jelas aku rasakan, aku iri karena mereka bisa belajar dengan tenang tanpa memikirkan biaya. Sedangkan aku? Harus aku perhitungkan matang-matang.

Sekolahku, menawarkan banyak fasilitas. Asah bakat dan minat. Ekstrakurikuler yang melimpah pilihan. Pembimbing yang berkompeten. Mau olahraga, sains, sastra semua ada. Kita tinggal milih sesuai hobi dan minat kita. Akan tetapi jadwalnya setelah jam KBM. Tentu saja, aku tak mampu. 

Sepulang sekolah, aku harus membantu ibu jaga warung. Jarak rumah dan sekolah juga cukup jauh. Aku memerlukan dua kali angkutan umum. Jika aku berangkat lima menit saja terlambat maka akan sampai tujuan dua jam setelahnya. Karena meskipun ada angkutan umum untuk anak sekolah dikhususkan pelayanannya. Jika berangkat maksimal pukul 6.00 pagi. Jika pulang maksimal 14.00 siang. Selebih dari itu maka bersiaplah menunggu berjam-jam untuk naik angkutan umum. 

Ada jalur lain seperti ojek atau becak, tetapi biaya tentu lebih mahal. Angkutan umum khusus sekolah cukup membayar dua ribu. Sedangkan ojek atau becak aku harus punya uang minimal lima ribu. Ini gila buatku, dengan uang saku tujuh ribu, aku hanya dapat jatah jajan seribu. Sekelas SMA uang jajanku hanya seribu dan harus membawa minum sendiri. Makanya aku lebih sering di perpustakaan atau mushola. Lapar? Tentu saja, tetapi masih ada kok teman baik yang berbagi makanan denganku.

Alih-alih gengsi dan penasaran mengikuti arus di sekolah. Aku pun ikut seleksi perguruan tinggi PMDK. Keren sekali kan? Tapi bukan doa supaya diterima melainkan semoga aku gagal. Guru BK sudah memperingatkan, jangan daftar di PTN tersebut karena sekolah ku sudah di backlist dari jalur PMDK. Tetapi aku ngotot ikut PMDK hanya karena ingin merasakan sensasi pendaftaran dan pengumuman. Setidaknya aku terlihat wara wiri di ruang BK untuk daftar kuliah di PTN seperti teman-teman yang lain. Miris dan pilu rasanya harus mengubur cita-cita kuliah.

"Shan... Yuk daftar di UNNES aja, banyak kok yang diterima jalur PMDK. Kamu pasti bisa, ambil progdi yang aman."Suatu saat Widya mengajaku.

"ah... Nggak lah, di UNNES banyak teman-teman kita, masa SMA bareng, kuliah bareng lagi? Pengin lah dapet temen baru gitu" aku hanya mencari alasan saja.

"tapi kemungkinan kuta ditrima di situ lebih besar, dari pada kamu daftar di PTN itu, kan Bu Yuli bilang kalau Kemungkinan diterima disitu hampir nol persen" Widya masih membujukku.

"Aku tau itu Wid, daftar kuliah agar aku terlihat sama dengan teman-teman yang lain. Dan gagal di PTN tersebut tidak memalukan karena se SMA pun tau kalau sedikit sekali kesempatan diterima disitu. Tetapi jika aku daftar di PTN lain, kalau aku diterima aku harus siap uang, sedangkan jika gagal jelas ada rasa malu." gumamku dalam hati.

"Yuk Shan, daftar bareng aku" bujuk Widya melamunkanku.

"Kapan paling lambat daftar disitu" tanyaku basa basi.

"Seminggu lagi, masih ada waktu kok" jawab Widya serius.

" Aku harus pulang dulu dong, kalau lewat telepon nggak enak ngomongnya sama ortu" masih mencari alasan.

"Udah telepon aja, aku juga lewat telepon kok" Widya masih membujuku. Aku tersenyum tanpa jawaban.

Hujan tadi sore mengantarkanku dalam kegelisahan. Mendengar Widya bertelponan dengan orang tuanya di Wartel hatiku semakin teriris. Aku iri melihatnya, dia tinggal tunjuk kuliah dimana saja tanpa memikirkan bagaimana biayanya.

Semoga aku bisa kuliah entah kapan pun waktunya.

Rabu, 15 Juni 2022

Perkenalan

 Panggil saja aku Shana, lebih panjangnya Shanari Athira Rizki. Aku berasal dari kekuarga yang sederhana tidak kaya tetapi tidak pula dalam kelaparan. Untuk sekedar makan kami bisa sehari tiga kali dengan jumlah keluarga 2 orang dewasa dan 4 orang anak-anak. Ada aku, Ibu dan Bapak serta tiga saudara laki-laki. Kami berempat hidup bercukupan tetapi tidak berlebihan juga. Apa yang kami inginkan tidak semuanya bisa tercapai. Butuh waktu dan perjuangan untuk mendapatkannya.

Bapaku seorang supir, awalnya beliau tukang becak, kemudian supir taksi, supir bus, supir angkot, sampai supir tronton. Sepertinya Bapak telah menjelajahi berbagai bentuk stir mobil. Jam terbangnya pun sudah tinggi, kemampuanya memutar stir sudah mahir sekali.

Sedangkan Ibuku seorang pedagang, mulai dari pedagang rujak, gorengan, jajanan, sembako sampai pedagang keliling desa pun pernah Ibuku kerjakan. Apapun daganganya bagi ibuku yang penting lagi ramai dan laku. Meski keuntubgan yang Ibu dapatkan hanya sedikit, tetapi cukup untuk membantu perekonomian keluarga.

Aku adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Aku terlahir sebagai anak yang paling cantik diantara tiga saudaraku. Akan tetapi aku juga yang paling kenyang membantu pekerjaan Ibu. Kerena menurut tradisi bahawa pekerjaan rumah yang mengerjakan adalah perempuan. Kaum laki-laki tugasnya seperti cari nafkah saja. 

untuk urusan pendidikan pun sama. Bahwa, perempuan seberapapun tingginya pendidikan pasti kerjanya hanya berkisar dapur, kasur, dan sumur. Tetapi tidak dengan pendapat Bapaku, beliau ingin aku lanjut kuliah sampai S1. Akan tetapi, apalah daya untuk Bapak, mendapatkan8 uang untuk jajan anak-anaknya saja dibantu sama Ibu. Sehingga mimpi untuk S1 sepertinya hanya sekedar mimpi.

Aku memimpikan menjadi seorang  sarjana,bisa menjadi guru  dan kuliah S1. Akan tetapi, apalah daya ku hanya anak seorang supir dan pedagang kecil. Kuliah S1 butuh modal banyak, ada uang gedung, spp dan uang praktik yang harus keluar dalam jangka semester.  Dan Ibuku tidak setuju, walaupun Bapak ngotot ingin aku lanjut kuliah  apalah daya tak ada biaya yang kami dapat.

Aku pun harus menyadari kondisi ekonomi keluargaku. Aku tak mau memaksakan kehendaku. Menurunkan egoku demi keluarga lain.

"kita masih punya dua anak yang butuh dana untuk sekolah sampai SMA,kalau rumah ini dijual bagaimana?kita mau tinggal dimana?" begitulah ucapan Ibu saat menolak keinginan Bapak diungkapkan.

"udah Sha, kamu kerja dulu terus nabung buat kuliah kamu sendiri" Mas Ardhi memberikan solusi ketika kami makan bersama. Aku pun hanya mengagguk paham, arti solusi itu. Kulihat Bapak kecewa, tetapi aku meyakinkan Bapak bahwa aku akan kerja dulu untuk kuliah. 

"Bapak berharap kamu bisa kuliah, supaya kamu bisa bantu keluarga kita. Kalau kamu sukses kan bisa bawa adik-adik ikut sukses juga." harapan Bapak ketika duduk santai berdua denganku. Aku hanya tersenyum dan bergumam "aku pasti kuliah Pak, aku pasti sukses"


Kamis, 12 Mei 2022

Kacamata Bagi Kaum Rabun Jauh

 


Bagi sebagian orang kacamata adalah mode. Mereka menggunakan kacamata untuk mempermanis diri atau menghindari paparan sinar matahari. Mereka pun bisa memakai kacamata sesuka hati kapanpun mereka mau. Mereka juga bisa bertahan tanpa kacamata. Mereka tidak berpusing ria ketika kacamata mereka tidak berada ditempatnya. Atau mereka tidak perlu menangis berdarah-darah ketika kacamata kesayangannya patah. Karena mereka bisa membeli yang baru tanpa harus terburu-buru. Berbeda denganku, kaum rabun jauh. Yang harus menangis ketika kacamata tidak berada pada tempatnya. Harus berkata apa jika kacamata patah atau pecah bukan ditempat dan waktu yang tepat. "Ya ampun kacamataku... Bagaimana ini" ataukah berkata "Ya patah kacamataku, ya sudah beli lagi" atau berkata "alhamdulillah akhirnya ganti juga kacamataku..." atau kata-kata yang lain. Yang jelas apapun kalimat yang terucap pertama kali saat itu yang terpenting adalah aku harus mencari pengganti kacamata itu saat itu juga. 

Kami terutama aku kaum rabun jauh, merasa sebagian jati diri hilang ketika kacamata kami tak berada ditempatnya. Merasa ini bukan aku, karena tak ada bayangan yang terlukis di depan mata. Hanya sekedar bentukan tapi tak berwujud. Sekedar warna tapi tak berwarna atau apalah sulit digambarkan. 

Maafkan kami terutama aku kaum rabun jauh jika dirimu senyum kubalas manyun tanpa kacamata. Jika dirimu marah kubalas ramah seakan mengejek tanpa lensa tambahan. Raut muka hambar tanpa rasa, karena bukan keindahan dunia yang kulihat melainkan kerabunan yang memenatkan kepala.

Bagi kami terutama aku kaum rabun jauh, kacamata ibarat nasi jika dalam makanan. Jika berjalan tanpa kacamata seperti berjalan dalam angan. Jika berbicara tanpa kacamata berasa tak percaya diri.. Apalgi jika membaca atau melihat rasanya hancur hidup ini. 

Kacamata bagi kami adalah kebutuhan pokok, yang kami pakai sepanjang hari tanpa gonta ganti. Yang kami pakai meski kami merasa berat. Yang kami pakai tanpa melihat waktu dan tempat. Yang kami pakai meski kami merasa bosan dengan modelnya. 

Kalau yang lain ke pantai pakai kacamata hitam, kami kepantai pakai kacamata rabun jauh. Kalo yang lain pakai motor dengan kacamata kece,kami masih pakai kacamata yang sama. Kalau yang lain pakai kacamata dikepala untuk gaya di foto aku masih tetap memakai kacamata ditempat yang sama yaitu mata. Begitulah kami terutama aku kaum rabun jauh. 


Dan ketika kacamata kami patah di waktu dan tempat yang tidak tepat, kami diam dalam kegalauan yang sulit diungkapkan. 

Jumat, 25 Maret 2022

Makan Siang


 Siang ini cuaca cukup cetar membahana.  Terik matahari memanggang kulit. Awan-awan bersembunyi. Asap kendaraan menerpa kaca helmku. Segera ku tabcapkan laju motorku. 

"Alhamdulillah cuaca yang mendukung untuk minum es cendol pinggir jalan" pikirku dalam hati. "ah... Genderang perutku berbunyi. Kode keras segera sampai rumah" pikirku masih melayang dalam angan.   "udah panas,  macet lagi" umpatku lirih.  

Aku mencium aroma yang sedap. Aroma trasi yang yang digoreng dari rumah makan samping jalan Banteng loreng. "prit... Prit... " bunyi peluit pengatur lalu lintas membuyarkan khayalan sambel trasiku. Sambel trasi yang sedap sebagai pelengkap sayur asem, dan lalap.  Hmmm ... Rasanya pasti mantap. 

"owh ya...  Kira-kira mama masak apa ya hari ini" mendadak aku memikirkan menu makanan mama siang ini.  Berharap ada sambel trasi favoritku. "ah...  Sepertinya tidak ada sayur asem" tadi pagi mama belanja hanya membeli tahu, timun, dan kacang.  Mungkin mama akan memasak tumis kacang dan goreng tahu. "yah...  Kurang semangat ini" aku menhela nafas.  Inginku kurangi laju motorku. Tetapi lonceng perut mempercepat laju motorku. 

Sesampai di rumah aku disambut okeh dua anak kecil yang usil.  Mereka adalah dua ponakan yang criwis.  Ini tandanya hari ini ada Kaka dirumah. 

"tante..." sapa dua kriwil yang criwis Marwa dan Mawar. 

"eh...  Ada si kembar criwis" tanganku meraih Mawar yang langsung nemplok kayak perangko.

"udah pulang Fah.. "sapa kakaku yang centiknya mirip Marshanda iya mirip lesung pipitnya saja. 

"dari jam berapa mb... "tanyaku meletakan Mawar di kursi meja makan.  

"wah...  Ada yang sepesial ni... " lanjutku tak memveri kesempatan Mb Sari menjawab.  Ku comot Tahu chiken di piring pasti bawaan Mb Sari beli depan rumahnya. 

"huss...  Sana cuci tangan dulu" Mba Sari menghardiku.  Aku tak peduli,  perutku sudah habis empat lagu selama perjalanan tadi.  Butuh energi lagi untuk lanjut ke kegiatan berikutnya. Aku melihat-lihat menu masakan yang dihidangkan oleh Mba Sari.  Ada timun,  tahu chiken,  sayur tahu, oreg kentang,  sayur kacang dan ikan peda yang menggoda.  

"duh Mba,  aku dah pengin makan ni" lanjutkuvsetelah habis satu tahu. 

"ya sudah sana,  ganti baju dan cuci tangan, kit makan yuk..  "

"ayok.. ."lanjutku bersemangat. 


Rabu, 23 Maret 2022

Viral Mb Kanti : Self Healing


Kisah Mb Kanti yang viral karena beritanya tega menggorok ketiga anaknya ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Bukan hanya pelajaran untuk seorang ibu yang harus tetap menjaga kewarasannya. Bukan juga pelajaran seorang suami yang harus menjaga istrinya. Tetapi ini adalah pelajaran bagi kita semuanya. Termasuk keluarga dan orang-orang yang ada disekitarnya. 

Ya,,,  semenjak ada layangan putus, kita jadi lebih sering mendengar istilah healing. Sejatinya healing sendiri artinya penyembuhan atau pengobatan.  Tetapi dalam bahasa medsos healing mempunyai beragam arti ada yang mengertikan jalan-jalan, ada yang mengartikan penyegaran, ada yang mengartikan menepi dari rutinitas sehari-hari. Apapun itu artinya kembali pada diri kita masing-masing. Yang mengerti keadaan kita hanya diri kita dan Tuhan yang menciptakan kita sendiri. 

Jika kita merasa tidak sanggup dengan keadaan yang membuat kita stres atau depresi dekatkan diri kita pada Allah Tuhan semesta alam. Lakukan apa yang menurut kita bisa menenangkan hati kita. Lakukan hobi kita, kalau hobi kita masak ya masak,  hobi kita baca ya baca,  hobi kita makan ya makan,  lakukanlah dengan tak pernah lekang untuk beristighfar menyebut Asma Allah dan bershalawat kepada Nabi.

Bisa jadi mb Kanti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengendalikan dirinya. Akan tetapi masih belum sanggup mencapai ketenangan. Disini kita butuh sandaran hidup kita suami. Sebagai suami tentunya berperan penting terhadap kewarasan istri.  Bukan hanya memberi nafkah lahir saja, bathin istri pun perlu dinafkahi. Ketenangan,  kenyamanan,  kesenangan,  dan pelepas lelah dan penat ditengah rutinitas sehari - hari adalah keluarga yang harmonis.  Keluarga yang saling suport dan salalu menyenangkan walaupun hanya duduk diteras sambil menikmati teh hangat. 

Akan tetapi jika suami kita pun mempunyai masalah sendiri. Seperti yang diceritakan mb Kanti bahwa suaminya bolak balik nganggur habis kontrak, bisa juga suami merasakan stres dan depresi. Maka bicaralah baik baik. Kontrol emosi kita. Bicara dari hati ke hati. Saling menguatkan satu sama lain.  Seperti ikrar kita dalam ijab qobul. Selebihnya kita tidak pernah tahu kehidupan mb Kanti dan pasangannya. 

Lalu bagaimana mb Kanti tetap menjaga kewarasan.  Jika suami juga memikiki masalah yang sama.  Bukannya kita mendapat ketenangan malah menambah masalah.  Di sisni peran Keluarga dan orang disekitar dubutuhkan. Kita harus belajar menjadi orang yang bisa memahami keadaan keluarga, tetangga dan orang disekitar kita.  Kita tak patut menghakimi atau ikut campur urusan orang lain apa lagi berkata sesuatu yang tidak menyenangkan. Belajar menjadi pendengar yang baik, jika kita bisa memberi solusi berikan solusi yang baik jika tidak bisa maka jangan menghujat atau mencela. Kita tidak tahu apakah mb Kanti murni hanya karena suami yang ngaggur. Atau mb Kanti terpengaruh lingkungan atau desakan lingkungan.  Harus begini begitu.  Jadi ini jadi itu.  Gaya ini gaya itu. Makan ini makan itu.  Jalan kesini jalan kesitu. Dan lain sebagainya. Kadang keluarga dan lingkungan hanya melihat hijaunya saja, atau menuntut untuk selalu hijau padahal di dalamnya kita layu. Kadang keluarga dan lingkungan hanya menilai buruknya saja tanpa menilai sisi baiknya. 

Nah, oleh sebab itu jadilah pribadi yang baik. Jika kita jadi suami jadilah suami yang baik, jika jadi istri jadilah istri yabg baik, jika jadi ibu jadi ibu yang baik jika jadi saudara jadi saudara yang baik, jika jadi tetangga jadi tetangga yang baik. 


Untuk self healing kita tidak perlu terlihat bahagia kalo kita harus berpura-pura. Kita tidak perlu mengikuti irama trend yang berwarna warni kalau kita hanya punya satu warna. Kita ciptakan warna kita sendiri untuk ketenangan kita. Jaga baik-baik diri kita. Jangan memberi celah bisikan iblis ditelinga kita. Dekatkan diri kita pada yang Maha Kuasa.  Mintalah pertolongan-Nya. Mintalah kekutan Kepadanya-Nya.  Sesungguhnya Allah tidak akan memberi ujian melampaui batas kemampuan umatnya. Di balik kesulitan ada kemudahan, kemudahan dan kemudahan. Semoga kita selalu diberi keselamatan dunia dan akhirat aamiin... 

Sabtu, 19 Maret 2022

Menulis di Kala Sakit

 



Pertemuan ke-22

Tanggal, 7 Maret 2022

Tema : Menulis dikala Sakit

Narasumber : Suharto, M.Pd.

Moderator : Dail Ma’ruf, M.Pd.

Resume : Ke 22

Gelombang : 24


Kita akan sependapat bahwa manusia terbaik adalah yang punya banyak kemanfaatan bagi sesamanya. Pak Dail Ma’ruf membuka acara malam pertemuan ke 22 ini. Narasumber malam ini adalah Bapak Suharto, M.Pd. atau biasa disapa dengan Cing Ato.

Allah tak akan menguji hambanya, kecuali sesuai kemampuannya. Cing Ato dan istrinya adalah orang yang kuat kesabaran dan ketabahannya. Materi yang akan disampaikan Cing Ato adalah Menulis Dikala Sakit. Siapakah Cing Ato?

Pada Tahun 2016 awal  Cing Ato ikut belajar menulis, 2017 ikut intens di Cipanas kenal penerbit. Bahkan sudah menerbitkan buku solo. Lagi semangat-semangatnya menulis Cing Ato sakit hingga 1 tahun tak bisa bergerak.

Bagaimana perasaan Cang Ato Saat sakit sekian lamanya?

Tiga tahun delapan bulan Cing Ato masih berjuang untuk pulih. Tentu sudah banyak biaya yang telah dikeluarkan. Cing Ato hanya yakin Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya. Cing Ato menikmati ujian dari Tuhan dengan selalu menyukuri nikmat lain yang Tuhan berikan pada Cing Ato.

Sakit yang Cing Ato alami seperti pembuskus permen sebagaimana yang dikatakan pak Nasrullah dalam bukunya magnet rezeki. Pak Nasrullah mengatakan ujian dan musibah laksana sebuah permen. Pembungkusnya adalah musibah, tetapi di balik pembungkus itu Allah  sudah sediakan berjuta kenikmatan. Maka itu, terimalah dengan ikhlas dan banyak bersyukur. Intinya dibalik segala sesuatu ada mengandung hikmah.

Tidak ada yang dapat Cing Ato lakukan dalam kondisi serba keterbatasan, kecuali membaca dan menulis. Dahulu menulis dengan alat tulis dan membaca harus membuka buku. Kini zaman teknologi cukup dengan gawai/smartphone Cing Ato bisa membaca dan menulis. 

Lalu bagaimana Cing Ato menulis?

Semua berawal dari tidak aktifnya Cing Ato karena tubuh tidak bisa bergerak selama satu tahun. Terkadang beliau merasa stres karena tidak ada yang dapat beliau kerjakan, hanya melamun seorang diri di kamar. Sesekali Cing Ato minta televisi dihidupkan, lama-kelamaan beliau merasa bosan, karena Cing Ato tidak bisa menekan remot untuk mengganti chanel.

Sampai suatu hari ada suara dari gawai istri Cing Ato yang tertinggal. Beliau meminta asisten rumah tangga untuk mengambilkan dan meletakkan di atas dada beliau dengan beralaskan bantal. Cing Ato berusaha menyentuh gawai istrinya, dan berhasil menyentuhnya.  Sampai istri Cing ato pulang, beliau meminta untuk memberikan gawainya yang telah lama tidak digunakan. Cing Ato langsung meminta istri membelikan nomer baru dan kuotanya. Kemudian beliau melacak facebooknya.

Setelah melacak akun Facebook nya, dalam waktu tiga hari pasword Facebook ketemu. Mulailah Cing Ato menulis dan memposting kondisinya pada saat itu. Setelah satu minggu  menulis timbul dalam pikiran. Kenapa tidak menulis apa yang sedang dialami saja?. Akhirnya Cing Ato Mulai menulis dari pertama terserang penyakit, dirawat di rumah sakit, bagaimana Cing Ato menjalani hari-harinya selama di rumah sakit, peristiwa-peristiwa yang terjadi selama sakit, dan beliau tutup tulisan sampai kembali ke Madrasah.


Cing Ato menulis sesuai kronologis yang terjadi, jadi secara berurutan. Seperti melihat sinetron berseri. Banyak apresiasi dari sahabat dumai. Bahkan tulisan beliau selalu dinantikan dan ditunggu kehadirannya. Pembaca pun diajak menentukan judul artikel terakhir. 

Ketika dipertengahan jalan ada seorang narasumber yang memberikan ilmu ketika ikut pelatihan dengan  KSGN. Sahabat beliau yang  sekaligus narasumber tersebut mengikuti tulisan Cing Ato. Sang Narasumber menghubunginya melalui vicall, otomatis melihat kondisi yang sebenarnya. Kurus seperti tengkorak hidup, suara tidak jelas, selang NGT masih menempel di hidung, selang ventilator masih menempel di leher. Beliau terharu dan mencoba melacak tulisan Cing Ato dari awal. Baru seperempat jalan tidak sanggup lagi untuk membacanya.

Seminggu kemudian Om Jay menghubungi Cing Ato. Om Jay pun terharu tetapi salut dan mengapresiasi tulisan saya. Dari sinilah Om Jay mengajak Cing Ato untuk ikutan pelatihan menulis. Walau terkadang tubuhnya tak mampu mengikuti. Alhamdulillah, karena lewat WhatsApp, materinya bisa dibaca di siang hari. Selanjutnya materi tersebut disimpan di blog lalu dijadikan sebuah buku "Belajar Tak Bertepi"

Dari mengikuti pelatihan menulis gelombang 8, setidaknya memperkaya tulisan Cing Ato. Dan tulisannya semakin hidup. Karena semua benda  yang ada disekitar ruang rumah sakit ikut sertakan dan divisualisasikan seperti suatu yang bernyawa. 


Buku tersebut saya beri judul"GBS Menyerangku" kisah nyata seorang guru bergulat dengan penyakit langka dengan menulis. Alhamdulillah, setelah jadi buku banyak yang berminat hingga kini.

Karena menulis setiap hari maka ratusan artikel sudah dimiliki. Dari artikel inilah Cing Ato jadikan buku kedua ketika sakit. Yaitu, Menuju Pribadi Unggul. Untuk memperindah tulisan dibuku. Cing Ato tidak bersedia menerbitkan buku di penerbit mayor, karena terlalu lama menunggu diterima atau tidaknya. 


Daftar buku solo.

1. Mengejar Azan (dua bulan sebelum sakit) 2018

2. GBS Menyerangku 2020

3. Menuju Pribadi Unggul2020

4. Kompilasi kisah inspiratif 2021

5. Belajar tak bertepi 2021

6. Aisyeh Menunggu cinta (Roman Betawi)2021

7. Menepis kesulitan menulis 2021

8. Gadis pemikat (cerpen) 2022

9. Kado khusus sang bintang (motivasi belajar)2022

10. Lentera Ramadan 2022

 

Daftar buku yang sedang digarap Cing Ato.

11. Catatan harian guru blogger madrasah

12. Cing Ato Belajar pantun

13. Cing Ato Belajar puisi

14. Menulis dikala Sakit.


Dalam kondisi sakit Cing Ato mampu menghasilkan karya yang luar biasa. Tentu saja Cing Ato mempunyai banyak motivasi. Lalu motivasi apa aja yang ada pada Cing Ato?

1. Untuk menambah amal ibadah

 Di saat tak berdaya, Apa yang bisa menambah amal ibadah pada saat sakit? Waktu sehat Cing Ato sering khutbah, ceramah, menjadi motivator untuk peserta didik. Setelah berpikir, kenapa tidak menulis saja di medsos. Akhirnya Cing Ato menulis tentang karakter yang berkaitan membangun diri menjadi manusia unggul.

 2. Untuk kenaikan pangkat

Kebetulan Cing Ato sudah terlambat naik pangkat karena sibuk kuliah dan sakit. Teman-temannya sudah mau ke-IV b Cing Ato masih di IIId. Alhamdulillah Januari ini mengajukan kenaikan ke IVa dengan menyertakan 1 PTK dan 6 buku solo.

 3. Untuk kebanggaan/ motivasi/ inspirasi.

Agar anak-anak beliau yang sedang menimba ilmu di pondok punya kebanggaan terhadap ayahnya. Setidaknya dalam hatinya ayah yang sedang sakit saja masih punya semangat untuk belajar dan berkarya. Begitu juga untuk memberikan inspirasi kepada teman-teman untuk bergerak dan keluar dari zona nyamannya.

4. Untuk mengabadikan ilmu yang dimiliki agar tidak hilang ditelan waktu. 

dan masih banyak motivasi lain yang luar biasa. Tentunya menulis membawa banyak manfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain. 

Harapan Cing Ato, agar kegiatan literasi membumi di Nusantara ini. Setidaknya dengan banyak menulis pasti banyak membaca. Dengan banyak membaca otomatis banyak pengetahuan yang di dapat. Bangsa yang besar berawal dari masyarakat yang gemar membaca.

Begitulah Cing Ato menceritakan pengalaman pribadinya. Dari cerita Cing Ato membuat saya merasa malu. Betapa luar biasa perjuangan Cing Ato untuk menjadi manusia yang unggul dalam keadaan yang sakit. ini adalah cambuk buat kita semua yang masih diberi kesehatan. teruslah menulis dan berkarya. Salam Literasi !

Kondisi Cing Ato saat ini.
 

Jumat, 18 Maret 2022

Menjadi Penulis Buku Mayor

 



Pertemuan ke-21

Tanggal, 4 Maret 2022

Tema : Menjadi Penulis Buku Mayor

Narasumber : Joko Irawan Mumpuni

Moderator : Widya Setianingsih

Resume : Ke 21

Gelombang : 24

 

 Jangan takut melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dari satu langkah. Its not imposible sobat.  Mungkin saat ini kita berkata pada dinding- dinding kamar. Ah, mana mungkin tulisanku bisa tembus penerbit mayor. Siapa tahu, melesat hitungan bulan, tahun, buku karya kita menjadi best seller dan bertengger di toko buku Gramedia. Begitu Bu Moderator Bunda Widya Setianingsih membuka acara ini.

Nah, pada malam ini kelas menulis kedatangan narasumber Bapak Joko Irawan mumpuni selaku Penerbit Andi. Malam ini kita akan belajar bagaimana cara Menjadi Penulis Buku Mayor.

Sudah hampir 20 tahun Pak Joko menghidupi dunia penerbitan, penulisan dan aktif di asosiasi penerbit di Indonesia membuat Pak Joko selalu bersemangat jika diajak berdiskusi seputaran Peberbitan dan penulisan buku.


Apa syaratnya agar tulisan kita bisa diterbitkan oleh penerbit mayor?

Kreteria penerbit Mayor itu apa sih, lalu apa bedanya dengan penerbit minor atau penerbit Indie yang mulai banyak bermunculan akhir-akhir ini?

Sebelum teknologi informasi berkembang pesat seperti sekarang ini, orang hanya mengenal penerbit Mayor dan penerbit Minor, masing-masing punya pendapat masing-masing apa yang membedakan penerbit mayor dan penerbit minor. Namun semua pendapat itu merujuk pada satu kesimpulan yang pasti yaitu jumlah terbitan buku pertahun penerbit mayor jauh lebih banyak dibanding penerbit minor. berapa jumlahnya? masing-masing punya pendapat sendiri.

 

Mengapa penulis merasa lebih bangga jika karyanya diterbitkan oleh penerbit mayor? Tentunya naskah karyanya akan dikelola lebih profesional, penerbit mayor biasanya punya fasiliatas lebih baik, modal, percetakan, SDM juga jaringan pemasaran yang lebih luas. Dan agar karyanya bisa masuk diterima diterbitkan oleh penerbit mayor harus melalui sleksi dengan tingkat persaingan yang sangat mat ketat. Contoh di Penerbit ANDI, tiap bulan naskah yang masuk bisa sampai 300 sd 500 naskah dan yang diterbitkan hanya 50 sd 60 judul saja. tentunya sisanya dikembalikan ke penulis atau ditolak.

Karena begitu sulitnya menembus penerbit profesional baik yang penerbit minor apalagi penerbit mayor, maka para penulis ada yang menerbitkan karyanya sendiri yang saat ini penerbit seperti ini kita sebut dengan Penerbit Indie.

 

Yang ditolak hanya naskah Yang Temanya tidak Populer & Penulisnya juga Tidak Populer. Tema populer dan penulis populer akan menjadi buku yang dicari oleh penerbit.

Lalu bagaimana Penerbit mengecek apakah penulis tersebut Populer. Penerbit akan melacak profil penulis dari berbagai sumber: 1). Berapa banyak teman/pengikut di sosial media 2). Seberapa aktif di grup yang diikuti akan lebih baik kalau penulis ini sebagai adminnya dengan jumlah anggota ratusan ribu. 3). Apakah penulis ini punya blog sendiri dan seberapa aktif dan bagimana repon pembacanya. 4).Google Scholar adalah yang paling dicermati oleh Penertbit. Jadi segeralah buat akun Google Schoolar. Sehingga penerbit akan menemakan seperti dalam gambar ini:

Ilmu-ilmu murni akan memiliki lifecycle yang panjang, sampai bertahun tahun buku itu cetak ulang terus karena laku dan tidak perlu direvisi.

Market lebar artinya banyak dibutuhkan oleh masyarakat, jika itu buku pelajaran maka jumlah siswa/mahasiswanya sangat banyak.

 


Pertanyan lain yang sering muncul adalah Penerbit ANDI memakai gaya selingkung apa? Pada umumnya penerbit memakai gaya selingkung semua yang ada didunia. Yang penting konsisten..

 

 Ada dua macam penulis yaitu: Penulis Industrialis dan penulis Idealis. Penulis Industrialis yaitu penulis yang sangat memperhatikan kebutuhan pasar, terbuka dan lapang dada. imbalan finansial tujuan utama, kesempurnaan karya tidak lebih penting dari produktifitas.



Sedangkan penulis idealis kebalikan dari penulis industrialis. Penulis idealis tidak memperhatikan kebutuhan pasar, tidak suak campur tangan pihak lain, imbalan finansial tidak penting, kesempurnaan karya lebih penting dari pada produktifitas.


Untuk penerbit lebih menyukai perpaduan keduanya. Yaitu penulis yang idealis-industrialis. 

Nah kuncinya adalah jangan takut mencoba sesuatu yang baru dan kerja keras serta semangat. Ingat tidak semua mimpi sekedar bunga, dengan rasa percaya diri kita akan mewujudkan mimpi kita menjadi nyata.

 

Demikian paparan pak Joko Irawan Mumpuni menyampaikan kriteria menerbitkan buku di Penerbit Mayor. Semoga karya kita mampu populer dan membawa nama kita menjadi populer. Salam Literasi.

 

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...