Sabtu, 26 Februari 2022

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie


 Pertemuan ke-18

Tanggal, 25 Februari 2022

Tema : Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

Narasumber: Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.

Moderator : Rosminiyati

Resume : ke-18

Gelombang 24

"Sejatinya manusia hanya insan yang lemah. Mereka kuat karena kemauannya. Apa yang menjadi kelemahan, akan sirna jika ada kemauan yang kuat".

Alhamdulillah sudah dipertemuan 18, semoga setelah pelatihan ini kita akan terus konsisten untuk menulis dan berkarya. Hingga apa yang telah disampaikan para mentor akan berkembang biak dan semakin bertambah pegiat literasi di Nusantara ini. Apalagi masa sekarang ini, semakin mudah untuk menerbitkan buku melalui penerbit indie. Seperti yang akan disampaikan oleh narasumber kita malam ini Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. dan didampingi oleh moderator kita yang luar biasa Ibu Rosminiyati.

Sebelum penyampaian materi dari Pak Brian, Bu Rosminiyati mengingatkan pada peserta dan menyampaikan banyak motivasi untuk menerbitkan buku. Seperti pada pertemuan sebelumnya, Cak Inin telah menjelaskan perbedaan antara penerbit mayor dan penerbit indie. Kita mau pakai penerbit manapun yang terpenting untuk menerbitkan buku adalah siapkan naskah terbaik kita. Ada baiknya kita mulai menentukan judul dan outline nya. Kemudian, terapkan ilmu yang disampaikan Pak D Susanto dengan memaksimalkan penggunaan KBBI dan PUEBI. Jika naskah buku sudah siap, kita harus segera menentukan penerbit untuk menerbitkan buku kita agar pengaturan naskah kita sesuai dengan ketentuan penerbit yang kita pilih terkait bentuk huruf, spasi, margin, lay out, dll.

Kemudian Bu Rosminiyati mengenalkan narasumber kita pada malam ini, Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. Beliau adalah sosok guru blogger millennial. Beliau lahir di Jakarta, 30 Juni 1992, tinggal di Bekasi, dan berprofesi sebagai guru SDN Sumur Batu 01 Pagi, Jakarta sejak tahun 2015-sekarang. Berbagai capaian telah diraih beliau terkait blog dan tulisan. Beliau adalah alumnus Belajar Menulis PGRI gelombang 4 yang mengabdikan diri sebagai pengurus kegiatan Pelatihan Belajar Menulis ini, termasuk menerbitkan sertifikat peserta yang lulus.

Pak Brian menuturkan bahwa dahulu pelatihan belajar menulis ini belum menghadirkan narasumber yang membahas tentang teknis menerbitkan buku di penerbit Indie. Sehingga peserta harus mencari sendiri mau ke penerbit mana. Kita beruntung sudah diperkenalkan kepada penerbit. Kebanyakan peserta masih awam dengan penerbitan buku. Maka sekarang ada materi tentang penerbit indie. Sehingga menerbitkan buku akan lebih mudah. Seperti yang kita ketahui, salah satu syarat lulus pelatihan ini adalah menerbitkan buku solo. 

Mengapa menerbitkan buku dikatakan semakin mudah ? karena sekarang ini ada penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Erlangga, Grasindo, Elex media, Andi, dll. Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama.

Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut. Ada beberapa kelebihan dari penerbit indie yaitu naskah pasti diterbitkan dan proses penerbitan mudah dan cepat. Bagi penulis pemula  tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Di penerbit indie, kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan. Akantapi itu menjadi konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.

Yang perlu dipertimbangkan dalam memilih penerbit indie. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie.

Biaya penerbitan

Fasilitas penerbitan

Batas maksimal jumlah halaman

Ketentuan dan Biaya cetak ulang

Apakah dapat Master PDF

Lama penerbitan

Jumlah buku yang didapat penulis

Demikian penjelasan dari Pak Brian tentang kemudahan menerbitkan di penerbit indie. Yang kemudian dilanjutkan perkenalan dua penerbit indie rekanan Pak Brian. Kita bisa menentukan mau kemana untuk menerbitkan karya kita. Yang terpenting adalah siapkan naskah kita terlebih dahulu sebelum berlanjut ke tahap penerbitan. Tentunya naskah yang akan kita terbitkan adalah naskah terbaik kita. Untuk teruslah menulis dan menulis, biarkan tulisan kita menemukn takdirnya.

Salam Literasi!

Jumat, 25 Februari 2022

Mengenal Penerbit Indie

 

Pertemuan ke-17

Tanggal, 23 Februari 2022

Tema : Mengenal Penerbit Indie

Narasumber: Mukminin, S.Pd., M.Pd.

Moderator: Helwiyah

Resume : ke-17

Gelombang : 24

Pertemuan ke 17 ini kita akan belajar tentang Mengenal Penerbit Indie yang akan disampaikan Oleh Bapak Mukminin, S.Pd, M.Pd. dan moderator yang cantik energik Ibu Helwiyah Sekjen kelas menulis gelombang 23.

Bapak Mukminin, S.Pd., M.Pd. atau yang biasa disapa Cak Inin ini merupakan salah satu alumni kelas menulis angkatan 8. Karya beliau sering muncul di grup kelas menulis angkatan 23 dan 24. Mari kita mengenalnya lebih dekat melalui link berikut https://cakinin.blogspot.com/2020/10/curiculum-vitae.html . Meski diusia yang sudah tidak muda lagi, akan tetapi Cak Inin masih berkarya dan mengispirasi sekali untuk kaum muda. Karya beliau hampir terjual sebanya 500 buku. 

" Tiada kata terlambat untuk menulis dan menerbitkan buku " (Cak Inin)

Digenerasi melinial seperti ini, semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yang kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Menurut beliau guru memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif tersebut yang bermanfaat bagi oranga banyak jika diterbitkan dalam buku. Untuk bisa terlatih menulis memang butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi yang agar tidak goyah saat menulis.

Berbicara motivasi, ada banyak kata mutiara agar kita terus semangat menulis. Melalui kata-kata mutiara tentang menulis kita bisa termotivasi dalam berkarya. Setelah termotivasi mari kita pahami cara menulis dan menerbitkan buku. Sebelum Cak Inin menjelaskan materinya, beliau memberi kata motivasi sebagai berikut.

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib

"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". - Imam Al-Ghazali

Untuk mewujudkan cita-cita, kita butuh ketekunan,  perjuangan dan juga tekad serta  motivasi yang kuat. Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan buku. Ada 5 tahapan yang harus dilalui yaitu :

1. Prawriting

a.Tahap awal penulis mencari ide apa yang akan ditulis dengan peka terhadap sekitar ( Pay attention). Ide bisa didapatkan dari mana saja dan di sekitar kita. Kita bisa menemukan ide dari apa yang kita lihat sehari-hari. Jika sudah muncul ide, langsung tulis jangan tunggu nanti. 

b. Penulis harus kreatif menangkap fenomena yang terjadi di sekitar untuk menjadi tulisan. dari apa yang kita peroleh, apa yang kita tangkap uraikan dengan kalimat yang menarik. Agar tulisan kita mampu menarik minat pembaca.

c. Penulis banyak membaca buku. Dengan memperbanyak baca buku, khasanah kosakata kita akan semakin banyak. Dan kreativitas kita dalam menulis pun semakin bertambah. Buku juga menambah wawasan kita dan dapat dijadikan referensi dalam menulis.

2. Drafting

Penulis mulai membuat draf (outline buku/ daftar isi buku) dilanjutkan menulis naskah buku sesuai draf tadi.  Saat kita menulis harus sesuai dengan apa yang disukai ( passion). Boleh menulis artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya dengan penuh kreatif merangkai kata, menggunakan majas, dan berekpresi untuk menarik minat pembaca.

3. Revisi

Setelah naskah selesai maka kita lakukan revisi naskah. Merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan, naskah mana yang perlu dibuang, naskah mana yang perlu ditambahkan. 

4. Editting/ Swasunting

Naskah yang kita revisi masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan. Hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pada kalimat. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "Swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit, kan malu kalau banyak kesalahan. Maka penulis dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai denga EBBI. 

5. Publikasi  

Jika tulisan Anda yang berupa naskah buku sudah yakin maka Anda memasuki tahap Publikasi atau penerbitan. Ada dua macam penerbit buku yaitu penerbit independen (indie) atau penerbit mayor. Keduaanya memikiki perbedaan yaitu :

1.  Jumlah Cetakan

# Penerbit mayor : mencetak buku secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.

Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll.

2.  Pemilihan Naskah yang Diterbitkan

# Penerbit mayorNaskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah buku. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak buku secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Sehingga mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan.

# Penerbit indieTidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan, tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti diterbitkan. Penerbit Indie adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

3.  Profesionalitas

# Penerbit mayorPenerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.

# Penerbit indie : Penerbit indie pun profesional, tapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus).

4.  Waktu Penerbitan

# Penerbit mayorPada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

# Penerbit indieTentu berbeda penerbit indie akan segera memproses naskah yang diterima dengan cepat. Dalam hitungan minggu buku sudah bisa terbit. Karena penerbit indie tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Penerbit Indie menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga penerbit tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.

5.  Royalti

# Penerbit mayorkebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.

# Penerbit indieumumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter, status, dll.

6. Biaya penerbitan

# Penerbit mayorBiaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit. 

# Penerbit indieBerbayar sesuai dg aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yang diterbitkan tidak sama.

Nah, kita sudah tahu perbedaan penerbit mayor dan penerbit indie. Kita bisa tentukan penerbit sesuai yang kita sukai dan sesuai kenyaman kita. Setiap penerbit indie memberikan pelayanan masing-masing. Kita bisa memilih pelayanan apa yang kita butuhkan. tentunya dengan harga dan tarif yang berbeda - beda. Semangat menulis, semangat menerbitkan buku....

Salam Literasi!

Doa Bersama Ikan

 


Ikan-ikan ini mengingatkanku tahun 2018 silam. Iyah waktu itu aku, suami dan buah hatiku Wirda mengunjungi sebuah taman di Purwokerto. Hatiku dag dig dug, meski ada kebahagiagiaan yang meluap pada hari itu. 

Wirda sangat riang memberi makan ribuan ikan di Taman. Suamiku mengerti akan kegalauanku. Dia pun berkata "Ayo, berdoa semoga yang lulus tes SKD cuma umi. Jadi umi bisa lolos CPNS" seraya menarik tanganku menuju kolam. 

"Nih kasih makan ikan-ikan tersebut sambil menyebutkan hajatmu, agar ikan-ikan ini mengaminkan doamu" lanjutnya memberi pakan ikan. 

"Apa bisa?" tanyaku singkat.

"Ikan juga ciptaan Allah, semua mahluk hidup ciptaan Allah juga selalu berdzikir pada Allah. Ikan pasti tau apa yang menjadi hajatmu. Yakin saja...ikan akan mengaminkan doamu." jelas suami panjang kali lebar.

Aku meneguhkan hatiku dan menabur pakan ikan dengan penuh rasa yang tak bisa terungkap. "Ikan aku punya hajat, tolong bantu aminkan doaku ya... Tolong sampaikan juga pada Allah bahwa aku ingin lulus CPNS, doakan aku ya... Agar aku bisa mencapai cita-citaku. Aamiin..." sambil menabur pakan ikan. Aku terharu ikan-ikan tersebut menyabut pakan yang ku sebar penuh suka cita. 

Tiba-tiba terdengar suara mungil Wirda " Ikan... Doakan umi ya... Supaya umi lulus CPNS... Doakan ya ikan..." begitu suaranya mengikuti kata-kata abahnya.

Suamiku pun menoleh padaku sambil tersenyum. Aku pun kembali bersemangat untuk terus berdoa. Kata suami kita tidak tau dari mana doa kita terkabul. Yang penting terus berdoa.

Sehari sebelum mengunjungi taman, aku mengikuti tes CPNS. Dengan passing grade yang tinggi banyak sekali rekanku yang gagal bahkan teman seperjuanganku semua gagal. Hatiku semakin berdebar, jantungku seakan lepas, lemas dan sempat berputus asa. Teman-teman yang berkompeten saja bisa gagal apalagi aku ucapku dalam hati kala itu. Akan tetapi suami dan anaku tak henti mensuportku dan mendoakanku.

Mengikuti tes CPNS adalah hal yang baru buatku dan perjuangan luar biasa. Ada dua kali tes untuk bisa dinyatakan lolos pada tes CPNS yaitu SKD dan SKB. Pada tes awal aku dinyatakan lolos passing grade, ini adalah anugerah luarbiasa. Aku berhak maju ke tahap selanjutnya. 

Seperti apa yang dikatakan suami, kita tidak tahu doa mana yang dikabulkan oleh Allah.  Ternyata pada formasi yang aku pilih, hanya aku yang lulus passing grade. Ini adalah peluang besar untuk lulus CPNS. Dan Allah telah mengabulkan hajatku, entah dari doa-doa yang  mana. Yang pasti usaha harus diesertai doa. Karena usaha tanpa doa sombong, doa tanpa usaha bohong. Begitulah pepatah yang sering aku dengar.

Selasa, 22 Februari 2022

Langkah Menyusun Buku Sistematis

 


Pertemuan ke 16

Tanggal, 21 Februari 2022

Tema : Langkah Menyusun Buku Sistematis

Narasumber : Yulius Roma Patandean,S.Pd

Moderator : Muliadi

Resume : Ke 16

Gelombang : 24

Serunya belajar menulis bersama PGRI adalah ketika kita bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan banyak saudara se Nusantara. Bukan hanya peserta yang berasala dari Sabang sampai Merauke saja. Tetapi narasumber dan moderator pun berasal dari belahan bumi Indonesia. Banyak ilmu yang didapat, tentu banyak manfaat. Bukan hanya dapat kiat menulis tetapi dapat ilmu ynag lainyang membangkitkan semangat untuk selalu berkarya dalam kondisi apapun dan dimanapun.

Malam ini kelas ditemani oleh pak Muliadi dari Sulawesi Tengah. Dan Seorang narasumber dari Tana Toraja Bapak Yulius Roma Patandean,S.P. Beliau adalah Penulis & Editor Profesional asal SMAN 5 Tator, diketahui beliau lahir lahir di Salubarani, Tana Toraja, 6 Juli 1984. Ia menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia Toraja (2003-2007). Saat ini sementara melanjutkan pendidikan S2 di Institut Agama Kristen Negeri Toraja. Beliau adalah guru Bahasa Inggris di SMAN 5 Tana Toraja sejak tahun 2015. Bapak Yulius, adalah seorang penulis yang cukup produktif. Beberapa buku telah berhasil diterbitkan seperti Guru Menulis Guru Berkarya (Penerbit Eduvation, 2020). Buku kedua yaitu Digital Transformation yang diterbitkan oleh salah satu penerbit mayor, penerbit ANDI Offset.

Tema malam ini adalah Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis. Ini adalah tema yang dinanti para peserta yang sedang mengalami kebingungan menyusun buku. Banyak ide yang muncul akan tetapi tidak mampu untuk membukukan tulisannya. Sebelum menyusun buku tentun kita harus menulis terlebih dahulu. Menurut penuturan Pak Yulius dalam menulis itu kita harus menerapkan menerapkan prinsip CLBK.  

 Apa itu CLBK?

 Coba

Sebelum kita tahu apakah kita bisa menulis atau tidak bisa yaitu dengan melakukan percobaan. Coba untuk menulis. Dengan begitu kita akan merasakan sensasinya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba. Percobaan mendorong kita untuk berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran. Apakah sekedar selesai mencoba atau mau melanjutkan?

 Lakukan

Jika melakukan percobaan, kemudian kita merasakan senang, bahagia, dan nyaman atau rasa ingin terus menulish, maka lakukan dengan segera. Teruslah menulis. Praktekkan sekaligus, biarkan ide itu mengalir bersama jari-jari mungil kita. Melakukan proses lebih dalam membutuhkan dorongan lebih pula. Tidak hanya dorongan untuk membuat tulisan, yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di pikiran. Penasaran tentang apa yang akan ditulis.

 Budayakan

Menulis harus menjadi budaya. Jadi budayakan untuk menulis. Budaya tidak bisa terpisahkan dari perjalanan hidup. Menulis juga sama, harus menjadi budaya yang menyatu dalam perjalanan hidup kita. Menghasilkan sebuah karya tulisan sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan menulis adalah proses menuju karya.

 Konsisten

Budaya seperti yang khalayak ramai pahami tentunya adalah kebiasaan. Menjadi kebiasaan belum tentu pula akan memberi dampak positif jika tidak ada konsistensi pelakunya. Konsisten adalah langkah pamungkas dalam teori menulis. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam menulis.

Cara menumbuhkan konsistensi dalam menulis adalah fokus, bangun minat menulis dan miliki motivasi bahwa saya harus menghasilkan sebuah buku ber-ISBN. Awalnya memang tersendat oleh karena banyak faktor, seperti pekerjaan, capek, kegiatan sosial, dll. Konsistensi akan ada seiring minat menulis telah ada.  

 Bagaimana cara sistematis yang dilakukan dalam menyelesaikan tulisan?

Cara membuat daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka otomatis dapat disimak dari link youtub Pak Yulius berikut. https://youtu.be/eePQwyHAcjw

Strategi untuk membuat judul yang tepat dan relevan. Konsisten menuliskan naskah atas judul yang telah disiapkan. Buat judul pendek/singkat. Judul yang paling berkesan biasanya lebih singkat. Judul pendek mudah diingat dan seringkali bisa lebih menggugah dan kuat daripada judul yang lebih panjang. Judul sebaiknya mudah diingat dan unik, mudah dikenali dan tak terlupakan. Untuk lebih jelasnya kita simak link youtub dari Pak Yulius berikut ini. https://youtu.be/jXPr59aWJSc


Menyelesaikan tulisan akan terjadi, jika ada konsistensi dalam menulis. Jadi, romansa menulis terasa indah ketika CLBK menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses mengumpulkan percikan-percikan ide kita. Kemudian kita susun secara sistematis menjadi sebuah buku. Abaikan peminat dan jumlah pembaca, biarkan tulisan kita menemukan takdirnya sendiri. Pungkas Pak Yulius Roma menutup materinya malam ini.

 

Salam Literasi!

 

Sabtu, 19 Februari 2022

Konsep Buku Non Fiksi


 

Pertemuan ke 15

Tanggal, 18 Februari 2022

Tema : Konsep Buku Non Fiksi

Narasumber : Musiin, M.Pd

Moderator : Dail Ma’ruf

Resume : Ke 15

Gelombang : 24


Malam ini aku bulatkan tekad untuk mengejar ketertinggalanku dari kelas menulis. Sudah tiga kali pertemuan tidak bisa mengikuti secara langsung pertemuan ini karena suatu hal. Menjadi kebahagiaan orang tua ketika bisa bercanda dengan si kecil. Minggu-minggu ini si kecil tidur lebih lambat karena waktu bercanda sebelum tidurnya lebih lama. Alhasil aku pun akan terlelap ketika si kecil terlelap. 

Jika tiga pertemuan kemarin, aku membaca materi dipagi hari dan menulis dimalam harinya. Kali ini akan ku rangkai malam ini dan meski akan terkirim esok harinya. Menulis adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan dan pembiasaan. Banyak ide yang keluar dari otak kita, jika tidak dituangkan langsung akan menghilang bersama udara.

 Meski berlarut dalam kesibukan, maka luangkan waktu untuk menulis bukan menulis ketika waktu luang. Begitulah yang selalu terngiang di hari-hariku saat ini. Banyak hal yang bisa kita tulis, semua ytergelar di sekitar kita. Tinggal bagaimana kita meluapkannya dalam kalimat.

Sama halnya menulis resume kegiatan pelatihan menulis, menulis buku non fiksi pun membutuhkan konsep yang matang untuk hasil yang terkenal. Bagaimana tidak? Buku non fiksi tentu memiliki tantangan yang lebih dari sebuah resume. Untuk itu, mlam ini sangat tepat sekali untuk membahas “Konsep Buku Non Fiksi” yang akan disampaikan oleh Ibu Musiin, M.Pd selaku narasumber dan Bapak Dail Ma’ruf selaku moderator.


Bu Musiin juga termasuk alumni kelas belajar menulis. Merangkak dari nol dan pertama kalinya mengenal blog. Ini adalah bukti bahwa tidak semua kesuksesan bermodal mahal. Pada kenyataanya sukses itu berawal dari perjuangan yang tak putus. Bukan dilihat dari hasil tapi dari proses itu arti sukses sebenarnya. 

 

Bagaimana cara kita memulai menulis buku non fiksi?

1. Langkah awal adalah kita harus berani melawan diri kita sendiri. 

Percaya diri dengan kemampuan kita dalam menulis. Hiangkan rasa takut bahwa kita tidak bisa menulis, takut tulisan jelek, takut tidak ada yang membaca, takut salah menyampaikan pendapat dalam tulisan, merasa karya teman lebih bagus, takut ini takut itu yang akhirnya berbuntut tidak ada karya yang dihasilkan. Karena ketakutan - ketakutan itu yang merendahkan potensi untuk menulis.

Banyak cara untuk menghilangkan rasa takut tersebut. Sebagai contoh kita bergabung dengan kelas menulis seperti ini  ini akan sangan membantu mengalahkan rasa takut kita. Dalam kelas menulis kita akan bertemu dengan orang - orang hebat yang baik langsung ataupun tidak langsung menjadi motivator kita. Kelas menulis yang diprakarsai Om Jay ini salah satu jalan untuk memberanikan kita menulis.

Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki diri kita adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Jika orang lain memiliki buku maka kita pun bisa memiliki buku. Jadi buang rasa takut kita, tingkatkan percaya diri kita, yakinkan diri kita mampu menulis. Kalahkan rasa takut pada diri kita dan jadilah pemeneng dengan menerbitkan buku tidak hanya satu buku namun puluhan buku.

2. Langkah kedua yaitu kita temukan alasan apa kita menulis.

Dalam melakukan kegiatan tentu kita memiliki alasan yang kuat untuk mengerjakannya. Sama halnya dengan menulis. Ada beberapa alasan untuk apa kita menulis seperti :

a. Ingin berbagi dengan mewariskan ilmu lewat buku

b. Ingin memiliki buku karya sendiri yang dijual diberbagai toko

c. Ingin menjadi penulis terkenal

d. Igin mengembangkan profesi sebagai guru

Atau alasan lain yang bisa membangkitkan semangat kita dalam menulis.

 

Tentu menulis sebuah buku tidak mudah jika kita hanya mengukir perjalanan hidup kita dimimpi saja. Jadi, semua tergantung pada kita apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja dan hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian. Maka dari itu sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Dengn alasan yang kuat inilah yang akan membangkitkan semangat untuk menulis dan cinta menulis.

Bagaimana konsep buku non fiksi?

Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

a. Pola Hierarkis yaitu buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit.

Contoh: Buku Pelajaran.

b. Pola Prosedural yaitu buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan.

c. Pola Klaster yaitu buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara.

Adapun proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni :

1. Pratulis

a. Menentukan tema

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Ada banyak tema dari buku nonfiksi seperti parenting, pendidikan, motivasi dll. Pilihlah tema yang disukai dan dikuasai. Jadi tema bisa berasal dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa, status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan, membaca buku.

b. Menemukan ide

Ide bisa diambil dari lingkungan sekitar. Saat muncul ide, segera langsung untuk menulis kaeran ide akan cepat sekali menghilang.

c. Merencanakan jenis tulisan

d. Mengumpulkan bahan tulisan

Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.

a) Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal.

b) Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal.

c) Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini.

d) Penemuan yang telah didapatkan.

e) Pemikiran yang telah direnungkan

e. Bertukar pikiran

f. Menyusun daftar

g. Meriset

h. Membuat Mind Mapping

Peta konsep ini semacam kerangka tulisan atau bentuk awal dari tulisan kita. Peta konsep ini berisi ide utama, ide pendukung, sumber data, bentuk data yang kita tampilkan. Jadi ini mendorong kita untuk berkreasi mengembangkan ide kita.

i. Menyusun kerangka

2. Menulis Draf

Langkah selanjutnya adalah menulis draf. Tema dan ide yang kita temukan segera kita tulis. Tidak perlu langsung sempurna karena ada tahapan selanjutnya yang harus dilalui. Berikut ini adalah cara menulis draf.

a. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

b. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

3. Merevisi Draf

Dari hasil draf yang kita tulis, kita lanjutkan dengan merevisi tulisan kita. Pada tahap ini kita merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian, serte memeriksa gambaran besar dari naskah tulisan kita.

4. Menyunting Naskah

Menyunting naskah harus sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Ada beberapa hal yang perlu disunting dalam naskah yaitu:

a. Ejaan

b. Tata bahasa

c. Diksi

d. Data dan fakta

e. Legalitas dan norma

5. Menerbitkan

Ini adalah tahapan terkahir dalm menulis buku non fiksi. Tanpa penerbitan, buku non fiksi hanya ada dalam catatan harian saja. Tanpa penerbitan buku tidak akan pernah bermanfaat untuk orang banyak. Kita bisa menghubungi penerbit dan bekerjasama untuk menerbitkan buku kita.

Tidak ada cerita yang berkesan jika tidak ada hambatan dalam menulis. Setiap perjuangan butuh pengorbanan. Setiap kisah pasti ada hambatan. Dan hambatan-hambatan yang dialami penulis dalam menulis adalah:

1. Hambatan waktu

2. Hambatan kreativitas

3. Hambatan teknis

4. Hambatan tujuan

5. Hambatan psikologis

Dari sekian hambatan, ada banyak cara untuk mengatasi hambatan tersebut. Karena solusi dari hambatan itu ada pada diri kita sendiri. Kita bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan hati kita dengan merefresh pikiran kita. Berikut saran dari Bu Musiin untuk mengatasi hambatan menulis.

1. Banyak membaca

2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.

3. Disiplin menulis setiap hari.

Melakukan kegiatan yang menjadi mood booster untuk menulis (melakukan hobi atau kesenangan kita).

Demikian paparan dari Bu Musiin yang sarat ilmu. Semakin kita belajar, semakin banyak yang ingin kita tahu. Tentu belajar tidak menunggu waktu yang tepat karena belajar itu sepanjang hayat.

 


Salam Literasi!

Kamis, 17 Februari 2022

Menulis Itu Indah


 Peretemuan ke-14

Tanggal Pertemuan : 16 Februari 2022

Tema : Menulis Buku Terbaik Perpusnas

Narasumber : Dr. Mudafiatun Isriyah,M.Pd

Moderator : Widya Setianingsih

Resume : ke - 14

Gelombang : 24


Malam rabu malam kamis

Ujan turun dimalam minggu

Gabung dikelas menulis

Makin kesini makin seru

 

Makan durian dimalam selasa

Biji durian ada dua

Malam ini bertemu Bunda Widya

Walau hanya di dunia maya

 

Ahli puisi ada Bu Widya

Ahli diksi ada Bu Mae

Sungguh senang bertemu Bunda Muda

Narasumber luar biasa nun kece


Malam ini adalah malam ke-14 di kelas menulis. Malam indah penuh ilmu. Dipandu Bu Widya yang kece badai dan ayu. Dengan narasumber yang tidak kalah seru, Bunda Mudafiatun Isriyah yang luar biasa dan penuh prestasi.

Melalui Bu Widya, kelas malam ini semakin cetar membahana. Beliau menebar serbuk semangat untuk membangkitkan motivasi para penulis. Sambutan meriah dari para peserta meramaikan WAG kelas menulis pada sesi tanya jawab.

Pertemuan kali ini kita dijamu oleh penulis terbaik di perpusnas Ibu Dr. Mudafiatun Isriyah,M.Pd asli Lumajang. Beliau pemenang buku terbaik pada tahun 2021, dan kepala sekolah berprestasi. Karirnya di dunia literasi sudah tidak diragukan lagu. Banyak karya yang berhasil diterbitkan oleh Bunda Muda.

 

Mari kita simak resume paparan dari Bunda Muda pada tema “Menulis Itu Indah”.

Menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa. Semua orang mampu berbahasa akan tetapi tidak semua orang memiliki ketrampilan menulis. Karena menulis itu seperti mentransfer pesan yang dituangkan dalam bentuk tulis. Meskipun menulis butuh keterampilan, bukan berarti menulis itu sulit. Sesungguhnya menulis itu mudah, sangat mudah seperti yang sudah disampaikan dalam blog saya yang lalu https://ismaiskandarwm.blogspot.com/2022/02/kunci-menulis-itu-mudah.html . Jangan pula berpendapat bahwa menulis itu berkaitan dengan bakat.

Menulis sama dengan keterampilan yang lain, seperti keterampilan membuat kue, membuat anyaman, berhitung, ketrampilan mengoperasikan komputer dan yang lainnya yang diperoleh dengan cara mempelajarinya dan mempraktikkannya. Karena keterampilan diperoleh dari mempraktikkannya, maka biasakan untuk berlatih atau praktik. Ingin menjadi penulis yang terbaik, maka teruslah menulis dan berlatih menulis. Latihan menulis terus menerus akan mengasah kemampuan kita dalam menulis.

Bagi seorang guru, tentu harus memiliki keterampilan berbahasa. Suka atau tidak suka keterampilan bahasa lisan maupun bahasa tulis harus dikuasai seorang guru. Salah satu penyebab orang tidak suka menulis adalah kerena tidak memiliki pemahaman  mengenai apa, mengapa dan bagaimana menulis itu. Mari kita simak penjelasan lebih lanjut dari Bunda Muda.

Apa yang dimaksud menulis?

Menulis pada dasarnya adalah suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai medianya. Sebagai ragam komunikasi, menulis memiliki empat unsur yaitu :

1. Penulis sebagai penyampai pesan.

2. Pesan atau sesuatu yang disampaikan penulis.

3. Saluran atau lambang bahsa tulis seperti huruf dan tanda baca.

4. Penerima pesan atau pembaca.


Apa fungsi dan tujuan menulis? 

Ada beberapa fungsi yang dijabarkan melalui paparan Bunda Muda yaitu :

1. Fungsi personal

Fungsi personal yaitu fungsi yang mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya, yang diungkapkan melalui seperti surat atau buku harian.

2. Fungsi instrumental

Fungsi instrumental atau direktif yaitu fungsi yang mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.

3. Fungsi interaksional

Fungsi interaksional yaitu fungsi yang menjalin hubungan sosial.

4. Fungsi informatif

Fungsi informatif yaitu fungsi yang menyampaikan pesan, termasuk ilmu pengetahuan.

5. Fugsi estetis

Fungsi estetis yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan.

 

Adapun tujuan menulis ada enam macam yaitu :

1. Mengubah keyakinan pembaca

2. Menanamkan satu pemahaman kepada pembaca

3. Merangsang proses berfikir pembaca

4. Menyenangkan dan menghibur pembaca

5. Memberitahu pembaca

6. Memootivasi pembaca

 

Sedangkan manfaat menulis secara umum yaitu:

1. Peningkatan kecerdasan

2. Pengembangan inisiatif dan kreativitas

3. Penumbuhan keberanian

4. Pendorong kemauaqn dan keterampilan mengumpulkan informasi


Jika sudah mendapat pencerahan dari Bunda Muda, maka langkah selanjutnya adalah tentukan tujuan menulis kemudian kembangkan ide untuk menulis. Ide menulis bisa muncul dari berbagai sumber. Ide menulis bisa muncul dari foto, gambar, video, membaca buku, membaca jurnal, berdiskusi, mengikuti seminar, mengamati lingkungan sekitar.

Kemudian setelah menemukan ide, segerah menulis melalui berbagai media. Kita bisa menulis di kertas, HP, laptop atau media yang lainnya agar ide tidak hilang. Jangan lupa selesaikan tulisan sebelum proofreading untuk menghindari writer’s block. 

Pada saat menulis, maka menulislah dengan hati. Saat menulis noveltly akan didapat. Novetly adalah unsur kebaruan atau temuan dari sebuah tulisan. Tulisan dikatakan baik jika menemukan unsur temuan baru sehingga memiliki kontribusi baik bagi keilmuan maupun bagi kehidupan. Dalam hal ini jika kondisi tersebut tidak sama dengan milik orang lain, maka kemungkinan tulisan kita mengandung unsur novelty. Akan tetapi sebuah tulisan jika tidak merujuk dari para ahli sebelumnya, maka tulisan itu hampa.

Sebuah tulisan untuk saat ini tidak akan mungkin kita menulis karya sendiri yang tidak pernah ada dibelahan bumi. Karena bumi sudah tua, tentu semua sudah ada. Inilah fungsi rujukan, referensi dan daftar pustaka, inilah maksudnya merujuk pada tulisan yang sudah mendahului, agar tulisan kita tidak hampa.

Menulis jangan menunggu bakat, tulislah apa yang ada dalam otak, mencari ide bisa dimana saja. Bacalah literatur karena itu yang menjadi petunjuk dalam menulis. Jadilah penulis sejati jangan menjadi penulis plagiasi. Kejar novetly sampai tulisan anda menjadi passion sejati”. Tulis Bunda Muda mengakhiri pertemuan indah ini.

Sungguh materi yang mengenyangkan dan membuat ketagihan untuk diikuti. Suatu saat tulisan kita akan menemukan takdirnya. Terus menulis dan menulis.

 

Salam Literasi!


Selasa, 15 Februari 2022

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

 


Pertemuan ke 13

Tanggal, 14 Februari 2022

Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber : Susanto, S.Pd

Moderator : Muliadi

Resume : Ke 13

Gelombang : 24

 

Untuk pertama kalinya pertemuan kelas menulis diisi oleh duo Arjuna. Dimana sang narasumber dari Sumatera Selatan Bapak Susanto,S.Pd atau biasa disapa Pak D Susanto. Sedangkan moderator datang dari Sulawesi Tengah, Bapak Muliadi.

Kedua Arjuna ini menemani peserta kelas menulis dipertemuan ke 13. Angka ganjil yang katanya angka sial. Sebenarnya tidak ada angka sial, semua angka baik, hanya saja mungkin sedang kurang beruntung. Bicara kesialan, sering ditemui oleh penulis. Hanya karena kita salah tulis, bisa membuat tulisan kita jadi tidak sedap dibaca. Maka dari itu, tema kelas menulis kali ini adalah “Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan”. Ini sangat penting untuk penulis sebelum menerbitkan tulisannya. Apalagi tulisan yang akan kita terbitkan dibaca banyak orang baik dalam bentuk buku, koran atau media sosial.

Tema ini akan disampaikan oleh Pak D Susanto. Beliau salah satu penulis berpengalaman. Bukan hanya seorang penulis, beliau juga seorang editor dan kreator konten. Saat ini beliau mengabdikan diri di Sekolah Dasar di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Beliau sendiri merupakan alumni kelas menulis gelombang 15. Keren - keren alumni kelas menulis yang diprakarsai Om Jay ini.Mari kita simak paparan dari Pak D.

Apa itu proofreading?

Proofreading atau uji baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, dengan tujuan untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Salah satu contoh kutipan resume dari Ibu Nur Dwi Yanti.

“Hmmm... Aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat-kiat dari pak Mazmo” Kata Cici. Kalimat ini masih bisa diperbaiki menjadi:

“Hmm ... aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kia-kiat dari Pak Mazmo” kata Cici.

Keterangan : Tanda elipsis/titik tiga (...) dipakai untuk menunjukan bahwa dalam satu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan, biasanya untuk memberikan jeda pada dialog. Menurut PUEBI elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. Selain itu mengapa kata “kata” ditulis dengan huruf kecil? Hal ini berkaitan dengan aturan penulisan “dialog tag”.


Jadi dengan melakukan proofreading, kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata dapat diminimalkan. Kita mungkin merasa jika tahapan pembacaan ini sama saja dengan editing yang dilakukan oleh para editor. Namun sebenarnya proofreading dan ediing itu berbeda.

Apa perbedaan editing dan proofreading?

Ada perbedaan antara editing dengan proofreading. Kalau yang namanya editing itu lebih fokus pada aspek kebahasaan. Sedangakan proofreading itu selain memperhatikan aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau subtansi dari sebuah tulisan. Proofreading tidak hanya menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakas sudah masuk akal atau belum. Sedangkan orang yang melakukan editing itu disebut editor sedangkan proofreading itu dilakukan oleh proofreader.

Apa tugas seorang Proofreader?

Tugas seorang bukan hanya sebagai editor saja yang membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang diuji baca bisa diterima logika dan mudah dipahami. Untuk itu seorang proofreader harus mengenali apakah sebuah kalimat efektif atau tidak susunannya sudah tepat atau belum. Kemudian subtansi sebuah tulisan sudah dapat dipahami oleh pembaca atau belum.

Jika seorang proofreader mendapat tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Bagaimana output yang dihasilkannya? Apakah output yang dihasilkan mudah dipahami atau tidak ? Jadi, tugas proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangn substansi awalnya.

Mengapa harus melakukan proofreading?

Proofreading merupakan tahapan menulis yang jangan sampai dilupakan. Terutama jika kita ingin menerbitkan tulisan kita ke khalayak luas. Seorang proofreader akan membantu kita untuk mengoreksi apakah ada kesalahan dalam tulisan? Bagaimana jika uji-baca dilakukan oleh penulis sendiri? Maka penulis harus menempatkan diri sebagai pembaca.

Akan tetapi jika penulis akan menempatkan diri menjadi proofreader tulisannya sendiri, pastikan tulisan itu sudah selesai. Karena jika kita melakukan proofreading sebelum selesai tulisan dikhawatirkan penulis menginginkan tulisan yang sempurna, sehingga terjebk dalam perbaikan, ujung-ujungnya hilang ide menulis dan tulisan tidak selesai.

Bagaimana cara penulis menjadi proofreader?

Proofreading itu sangat penting. Meskipun bisa dilakukan oleh penulis itu sendiri, proofreader harus bersifat netral atau objektif. Lalu bagaimana caranya agar bisa menjadi proofreader yang objektif? Berikut langkah-langkah menjadi proofreader yang objektif.

1. Selesaikan tulisan terlebih dahulu.

2. Endapkan tulisan kita beberapa jam atau beberapa hari. Tujunnya untuk membebaskan pikiran kita dari ide yang baru saja dituangkan.

3. Posisikan diri sebagai pembaca.

A. Langkah pertama

Merevisi draft awal teks, seringkali membuat perubahan yang signifikan pada konten. Bisa terjadi menambahkan, memindahkan atau menghapus bagian konten.

B. Langkah kedua

Merevisi penggunaan bahasa. Penulis bisa merevisi kata, frasa, kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.

C. Langkah ketiga

Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas dan konsistensi gaya. Penulis bisa mengoreksi kalimat yang ambigu. Kalimat yng tidak logis gar menjadi kalimat yang mudah dipahami.


D. Langkah keempat

a. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk pada KBBI, akan tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit.

b. Pemenggalan kata-kata yang merujuk kek KBBI

c. Konsistensi nama dan ketentuannya.

d. Perhatikan judul bab dan penomerannya.

Demikian pemaparan Pak D yang luar biasa. Pak d juga berpesan untuk menghindari kesalahan kecil seperti typo atau kesalahan penulisan kata, penyingkatan kata, memberi spasi kata  dan tanta titik, tanda koma, tanda seru, atau tanda tanya, tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya. Meski bisa dikoreksi oleh mesin, tetap koreksi kembali secara manual dengan teliti.

Salam Literasi!

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...