Kamis, 03 Februari 2022

Filosofi Ki Hajar Dewantara VS Peradaban


 Nguping Satu Guru

Cilacap, 3 Februari 2022

Tema : Filosofi Ki Hajar Dewantara VS Peradaban Digital

Narasumber : Dr. Fahrudin Faiz, S.Ag, M.Ag

Moderator : Mr. Bams


Cilacap diguyur hujan angin, air yang turun seolah ditumpahkan dari langit yang gelap. Waktu menujukan pukul 16.15 aku baru ingat janji pada diriku sendiri. Janji ingin bertemu maya dengan orang hebat yang luar biasa Bapak Dr. Fahrudin Faiz,S.Ag, M.Ag. Beliau adalah seorang pakar filsafat islam, dan Dosen UIN Yogyakarta.  

Segera ku ambil gawaiku, ku cari tulisan biru yang mebawaku untuk bertemu beliau. Link yang aku dapat dari sang pioner Om Jay di grup WA kelas menulis bersama PGRI segera ku klik. Meski dentuman air hujan memekakan telinga, tak pantang ku pantau zoom meeting sore ini.

Benar saja, acara sudah dimulai. Acara yang dipandu oleh Mr. Bams sebagai moderator sudah berlangsung sekitar berapa menit. Sayang sekali aku tak bisa bertemu dengan Bapak Fahrudim Faiz. Akan tetapi rasa kecewa terbayar oleh putaran video yang dikirim oleh Pak Fahrudin Faiz.

Aku bangga tidak lupa akan janjiku sendiri. Karena acara Nguping satu guru ini sungguh luar biasa. Meski sang narasumber berhalang hadir karena musibah, acara tetap berjalan dengan lancar dan menawan. Suara syahdu yang mengiringi video membuat bulu roma berdiri. Gemetar tangan memegang gawai, detak jantung seakan berhenti. 

Materi yang disampaikan melalui video seakan menyihir air hujan untuk diam. Suara yang syahdu dan merdu, materi yang mendalam dan menarik membawaku ke alam bawah sadar. Sungguh sangat indah filosofi Sang Guru Besar Ki Hajar Dewantara.



Pada dasarnya semua manusia itu istimewa. Jika merasa tidak istimewa itu hanya belum menemukan keistimewaannya. Tuhan menciptakan manusia lebih sempurna dari mahluk lainnya. Untuk itu jangan sia-siakan kesempatan kita. Jangan sia-siakan hidup kita. Hidup hanya sekali manfaatkan sebaik baiknya.

Tidak ada manusia yang tak berguna, jika merasa tidak berguna baca kembali jati diri. Cari dan temukan bakat diri. Setiap anak hidup dan tumbuh sesuai bakat masing-masing. Bakat setiap anak berbeda beda. Tentunya kita sebagai pendidik yang bertugas untuk mengarahkan, merawat, menuntun, dan menumbuhkan kodrat setiap anak. 


Seperti filosofi Ki Hajar Dewantara bahwasanya pendidikan memiliki tujuan yang disebut Tri Rahayu. Apa saja Tri Rahayu itu ? 

Yang pertama Hamemayu Hayuning Sarirom artinya mempercantik diri sendiri. Pendidikan bertujuan untuk mempercantik diri sendiri. Menjadikan diri kita sendiri lebih baik dari yang lain. 

Yang kedua Hememayu Hayuning Bangsa. Artinya pendidikan mempercantik bangsa. Dengan pendidikan bangsa menjadi indah. Jika bangsa sudah indah maka lestarikan. Bagaimana cara melestarikanya? Ya dengan pendidikan.

Tujuan yang ketiga yaitu Hamemayu Hayuning Buwono. Artinya mempercantik alam semesta.  Untuk menjaga alam semesta dengan pendidikan.

Jadi Tri Rahayu sebagai tujuan pendidikan saling berkaitan. Mempercantik diri sendiri, mempercantik bangsa dan mempercantik alam semesta. Jika diri sendiri cantik, maka bangsa juga akan cantik. Jika bangsa cantik maka alam semestapun cantik. 

Sejatinya pendidikan adalah kunci dari peradaban. Ingin sukses melalui pendidikan, ingin bahagia melalui pendidikan, ingin sejahtera melalui pendidikan, ingin tentram melalui pendidikan. Karena pendidikan itu kunci dari semuanya. Pendidikan adalah kunci peradaban.

Dasar pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara menjadi semboyan pendidikan di Indonesia. Dasar pendidikan atau sering disebit Tri Loka yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing  Madya mangun karsa, tut wuri handayani. Tentu kita sering mendengar istilah itu. Tapibkadang kita tidak tahu apa makna daribkalimat itu.

Ing ngarso sing tuladha artinya jika kita didepan maka kita harus memberi contoh. Didepan bukan hanya guru saja, orang tua, pimpinan dan lainnya. Jika kita berada didepan dengan statusbapapun maka kita wajib memberi contoh.

Ing madya mangun karsa. Madya artinya tengah. Jadi jika kita berada ditengah ada bersama-sama maka kita harus kreatif. Dalam hal ini kita harus berkarya, bekerja sama untuk kemajuan. 

Tut wuri handayani artinya yang dibelakang mendorong atau mendukung. Posisi di belakang harus mendorong yang di depannya. Mendukung dan memberi suport.

Ini adalah materi yang sangat menarik, pendidikan sangat penting sekali. Sangat helas dan gamblang jika alam semesta tak ada pendidikan. Seperti yang dijabarkan Ki Hajar Dewantara melalui video Bapak Fahrudin Faiz bahwa dasarnya pendidikan itu Tri Loka dan tujuan pendidikan adalah Tri Rahayu. Pendidikan merupalan kunci dari perdaban. 

Demikian rangkuman materi yang disampaikan Bapak Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag. M.Ag.


Cilacap, 3 Februari

Oleh. Isma Nuryani,S.Pd

6 komentar:

  1. Sayang sekali saya tidak bisa mengikuti, demam efwk dari vaksin booster.


    Bun banyak yg typo, pakai HP ya, tapi resumnya sangat membantu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyah bun... Soalnya nyambi momong si kecil heheh tar di perbaiki... Maksih bun...

      Hapus
  2. alhamdulillah, minta alamat lengkapnya dengan kode pos dan nomor hp, kirim ke wa omjay di 08159155515. Terima kasih.

    BalasHapus
  3. Wah keren buuuu dapat. Selamat medapat buku hebat dari omjay

    BalasHapus

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...