Senin, 31 Januari 2022

Kelola Sampah Di Bank Sampah


 Apalah arti dari sebuah tulisan yang gagah itu. Cukup tegas ultimatum yang dikeluarkan. "Dilarang membuang sampah disini" , huft.. Agaknya budaya membaca bukan hanya digiatkan untuk seorang penulis saja. Budaya baca harus dicanangkan diseluruh lapisan masyarakat. Baik anak TK maupun anak SMA, baik ibu rumah tangga maupun Ibu pegawai, baik bakul sayur maupun insinyur, baik karyawan maupun usahawan, baik anak rumahan maupun anak jalanan dan seterusnya.

Budaya baca yang baik, akan menumbuhkan hati yang baik, perilaku yang estetik dan sikap yang apik. Kita bisa bayangkan jika setiap orang mampu membaca tulisan dan menerapkan dalam tindakan ini akan menghasilkan kejutan yang luar biasa.

Kita tahu arti tulisan "Dilarang Buang Sampah Disini" tapi hati kita tidak bisa membaca, sehingga kita pun masih tetap buang sampah sembarangan. Awalnya berdalih "ah... Cuman sampai bekas permen, tidak akan mengganggu yang lain.." lama-lama buang sampah bekas es kelapa muda. Kemuadian buang sampah bekas nasi bungkus. Sampai -sampai buang sampah rumah tangga. Dan akhirnya menumpuk menggunung mengganggu fasilitas umum.

Dari hal sepele berubah menjadi besar. Awalnya dari bungkus permen jadi sampah rumah tangga, dari sekantong plastik menjadi seribu kantong plastik. Kalau kita bisa melakukan kebodohan kecil dengan mengabaikan tulisan besar. Lalu, kenapa kita tidak bisa melakukan tindakan kecil untuk hal besar?

Kita bisa memulainya melatih anak-anak kita membiasakan diri membuang sampat di tempatnya. Melatih tanggung jawab jika kita tidak membuang sampah di tempatnya. Setelah itu kita tingkatkan lagi mengenalkan kepada anak-anak kita untuk membedakan mana sampah organik dan sampai anorganik. Langkah selanjutnya kita latih anak-anak memisahkan sampah organik dan anorganik. Untuk lebih lanjut lagi, kita melatih anak mengelola sampah menjadi nilai rupiah.

Dari anak - anak kita akan belajar malu. Jika anak- anak mampu melakukan hal itu, kenapa kita tidak bisa melakukannya?

 Kita seharusnya bisa melakukan lebih dari apa yang anak-anak kita lakukan. Misalnya, kita menabung sampah di bank sampah. Ini adalah cara paling menarik yang bisa kita lakukan. Selain kita bisa menjaga lingkungan kita juga bisa mendapatkan uang dari sampah. Sekarang ini sudah banyak bank sampah yang menjamur di masyarakat. Kita bisa ikut gabung dan menjadi bagian dari mereka. 

Di bank sampah sering sekali ada kegiatan mengelola sampah dengan baik. Mengubah sampah menjadi mutiara. Ada yang dibuat hiasan dinding, ada yang dibuat tas, kursi, bunga, bahkan bisa dijadikan cairan ecozym cairan dengan sejuta manfaat.

Mari jaga lingkungan kita agar bebas sampah. Satu sampah permen bisa menjadi boomerang untuk kita sendiri. Satu langkah baik kita bisa menjadi sejuta manfaat untuk umat.

Salam literasi.


Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu


 Pertemuan ke 7

Tanggal, 31 Januari 2022

Tema : Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu

Narasumber : Prof. Richardus Eko Indrajit

Moderator : Aam Nurhasanah

Resume : ke 7

Gelombang : 24


     Tantangan Untuk Menang


Ketika kita melihat deretan buku di rak Gramedia, rasanya berkecamuk hati ini. Ingin rasanya meraup semua buku itu. Seperti kucing yang melihat pepesan ikan bandeng. Tidak cukup rasanya dua atau tiga jam untuk bertamasya di Gramedia.

Bukan hanya ingin memiliki buku - buku itu saja. Diri ini ingin sekali narsis di buku-buku tersebut. Terpampang foto kita dan biodata kita di sampul belakang buku. Wah, ini luar biasa.

Malam ini antusias peserta pelatihan menulis semakin menggebu, ketika pelatihan ini diisi oleh Bapak Prof.Richardus Eko Indrajit yang didampingi Bunda Aam Nurhasanah yang energik. Ini adalah duet maut yang siap membakar suasana kelas pelatihan.

Siapa sih yang tak kenal Prof. Richardus Eko Indrajit ini? Beliau adalah sorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika  yang menjabat sebagai Rektor di Universitas Pradita.

Dok. Wikipedia


Beliau juga yang telah membawa peserta pelatihan menulis menembus penerbit mayor hingga buku - buku peserta mejeng di rak Gramedia. Bukan hanya buku kita saja yang bisa eksis di rak Gramedia, kita juga akan mendapatkan keuntungan royalti dari buku kita. Mau, kan?

Nah, tema yang dibawa Pak Ekoji ini begitu sapaan akrabnya adalah " Menulis Buku Mayor Dalam Dua Minggu". Mendengar judul temanya saja kita sudah berdiri bulu roma kita. Jangankan dua minggu untuk satu buku, satu judul cerpen saja kita sudah mati kutu. Inilah tantangan, kata orang yang sedang jatuh cinta apapun tantangangannya akan dihadapi. Begitulah caranya agar kita bisa menulis satu buku dalam waktu dua minggu.

Artinya menulis buku sama saja seperti orang yang jatuh cinta. Jika sehari saja kita tidak bertemu kekasih rasanya rindu berat. Jika kita sehari saja tidak menulis rasanya hampa. Maka dari itu teruslah menulis dengan cinta untuk mendapatkan cinta dari pembaca.

Lalu, bagaimana kita bisa menulis dalam waktu dua minggu ? Ini adalah ide konyol yang dituangkan Pak Ekoji yang berbuah manis. Betapa tidak ketika Pak Eko mengumpulkan teman-temannya di warung dekat Bandara Adisucipto, dua puluh rekannya yang memiliki keahlian yang berbeda beda di bidang software dimintanya untuk menulis sesuai dengan keahlian masing - masing. Kemudian tulisan itu dikumpulkan oleh Pak Ekoji. Sebelum diajukan ke penerbit, Pak Ekoji mengedit tulisan rekannya terlebih dahulu. Dan hasilnya... Jeng jeng... Dua puluh lima buku tersebut terbit di penerbit mayor. Dari sinilah Pak Ekoji semangat memberi tantangan untuk peserta pelatihan menulis.

Beberapa buku karya anak-anak UAD rekan Pak Ekoji

Menurut pak Ekoji ada dua kriteria yang biasanya dilihat oleh penerbit mayor yaitu yang pertama konten atau judul yang menarik hal ini biasanya judul yang lagi tren atau lagi ramai dibicarakan. Dan yang kedua penulis yang terkenal alasanya karena penulis yang terkenal memiliki track record bukunya banyak laku di pasaran. Akan tetapi lebih bagus lagi kalau kontenya bagus penulisnya terkenal ini akan menarik penerbit mayor untuk mempublikasikannya dalam bentuk buku fisik atau e-book.

Ada lima langkah yang disampaikan Pak Ekoji untuk bisa menerbitkan di penerbit mayor dalam waktu dua minggu yaitu :

Langkah pertama : Kunjungi Ekoji Chanel kemudian carilah tema atau judul yang menarik bagi kita.

Langkah kedua : Tulislah apa yang dikatakan Pak Ekoji dalam chanel youtub Ekoji Chanel.

Langkah ketiga : strukturkan pembahasan Pak Ekoji dalam bentuk 5WH. Apa judulnya? Mengapa judul itu penting? Siapa yang nembutuhkannya? Dimana judul itu diimplementasikan? Kapan judu itu diterapkan? Dan bagaimana mengimplementasikannya.

Langkah keempat : memperlihatkan draftnya ke Pak Ekoji untuk diteliti dan dikomentari.

Langkah kelima : memperkaya pembahasan dengan menambahkan konten dari sumber referensi lain. Pak Ekoji mengajarkan cara mencari dan mendapatkan referensi

Begitulah tantangan yang diberikan Pak Ekoji untuk menembus penerbit mayor. Kalian siap? Tentu saja kita harus siap. 

Sebagai penulis  tentu kita harus sabar, berlatih dan belajar. Menerima tantangan untuk kemajuan diri adalah cara untuk meningkatkan kualitas tulisan kita. Bukan hal yang sulit jika kita yakin kita bisa. Sang pujangga saja berani merindukan bulan, kenapa kita tidak berani merindukan karya kita terbit di penerbit mayor?

Menulislah dengan gaya kita bukan dengan gaya orang lain. Menulislah dengan hati kita agar tulisan kita sampai ke hati orang lain. Menulislah dengan cinta kita agar tulisan kita dicintai orang lain. Dan biarkan tulisan kita menuntun kita untuk menemukan kemenangan kita.

"Tulisan itu seperti cinta yang jika kita pupuk akan semakin indah rasanya"


Salam literasi...

Sabtu, 29 Januari 2022

Ayah

 


Dahaga menyambutku

Terpaku melihat sosok depanku

Tak sanggup ku bersua

Punggung yang renta

Rambut yang tak lagi hitam

Kulit yang tak lagi kencang

Badan yang tak lagi perkasa

Ayah....

Aku tak bisa menatapmu lagi

Pilu hati mengiris nadi

Hingga tak keluar sedikitpun perih

Selain perih akan kerinduanku

Ayah...

Kenapa kau hanya memunggungiku

Kenapa kau sembunyikan pedihmu

Kenapa kau simpan dukamu

Ayah...

Lihatlah aku

Aku yang membuat duka

Aku yang menggoreskan pedih

Aku yang menyayat hatimu

Ayah... 

Sudikah kau tersenyum untukku

Relakah peluhmu untukku

Maukah kau menggandengku

Ayah... 

Maafkanku...

Ku beranikan langkahku

Menepuk punggung merah

Punggung yang mengingatkanku

Pada cinta pertamaku

Ayah...



Jumat, 28 Januari 2022

Karya Ilmiah Dan Buku


Pertemuan  ke 6

Tanggal         : 18 Januari 2022

Tema             : Menulis Buku Dari Karya Ilmiah

Narasumber  : Noralia Purwa Yunita, M.Pd

Modertor      : Raliyanti

Resume        : ke 6

Gelombang  : 24


            "Mba aku bingung... " sapa si Bungsu via telepon.

            "Kenapa emang?" tanyaku penasaran.

            "sebentar lagi aku skripsi, aku belum siap apa-apa... judul saja belum aku buat mba".

    Sepenggal percakapan curhatan adik bungsu yang masih duduk di bangku kuliah. Skripsi yang menjadi puncak penentuan kelulusan untuk menyandang gelar sarjana seperti hantu bagi sebagian mahasiswa termasuk adikku. 

    Menurut KBBI, skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya. Skripsi  merupakan salah satu contoh jenis karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah berbeda dengan buku atau tulisan lainnya. Lalu apa bedanya karya ilmiah dengan buku atau tulisan yang lain?

    Pelatihan menulis bersama PGRI sudah masuk pertemuan ke 6. Pertemuan malam ini dipandu oleh Ibu Raliyanti dan narasumber Ibu Noralia Purwa Yunita,M.Pd dengan tema "Manulis Buku Dari Karya Ilmiah". Ibu Noralia adalah salah satu almuni kelas menulis dari gelombang 8. Beliau seorang guru SMP di Semarang. Beliau masih ktif menulis di majalah-majalah, bahkan salah satu bukunya di terbitkan oleh penerbit Andi.

    Menurut Bu Nora, semua guru pasti pernah menulis karya ilmiah. Misalnya pada saat kuliah S1 kita diminta membuat skripsi, jika melanjutkan jenjang pendidikan ke S2 kita akan bertemu tesis, pada saat pengajuan angka kredit kita akan dihadapkan dengan PTK, best practise, dan makalah tinjauan ilmiah.

    Sebagian besar orang menulis karya ilmiah hanya sekedar memenuhi tugas atau syarat untuk kelusan dan kenaikan tingkat saja. Sehingga karya ilmiah yang kita buat dengan berdarah-darah hanya menjadi sarang laba-laba dan penunggu perpustakaan tua. Padahal kita sudah mengorbankan banyak waktu serta biaya untuk menghasilkan karya ilmiah tersebut. Ini sangat disayangkan, jika tulisan yang luar biasa manfaatnya itu kita sia-siakan begitu saja. 

    Ada solusi yang diberikan Bu Nora, agar  PTK atau makalah yang biasa menumpuk di lemari perpustakaan keluar dari persembunyiannya. Bu Nora mengubah sebuah karya ilmiahnya  menjadi sebuah buku yang lebih bermanfaat. Ada banyak manfaat yang ditawarkan dari konversi karya ilmiah menjadi buku. Berikut manfaat konversi karya ilmiah menjadi buku:

  1. Buku dapat dibaca oleh masyarakat awam.
  2. Bagi ASN, buku dapat dijadikan publikasi ilmiah untuk menambah point angka kredit. 
  3. Ilmu yang ada pada buku dapat tersebar bebas tanpa sekat dan pastinya lebih bermanfaat.
  4. Buku dapat diperjual belikan,  jadi ada keuntungan material yang kita peroleh.
  5. Jika buku hasil konversi banyak yang baca, nama kita sebagai penulis akan terkenal.

    Dari beberapa keuntungan yang ditawarkan ini bisa kita jadikan Passion dalam menulis, menarik bukan? Nah, jika kita bisa mengubah karya ilmiah menjadi sebuah buku, kenapa tidak? Mari kita simak lebih lanjut, bagaimana cara mengubah karya ilmiah menjadi buku menurut Bu Nora. 

    Pada dasarnya karya ilmiah maupun buku sama - sama merupakan buah pemikiran yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Keduanya sama - sama tujuannya untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya. Yang membedakan keduanya menurut Bu Nora adalah formatnya.

    Jika pada buku hanya ada judul, kata pengantar, prakata, isi buku, daftar pustaka, sinopsis dan profil penulis. Sedangkan pada karya ilmiah ada tmbahan seperti lembar pengesahan, halaman persembahan, pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, pembahasan, kesimpulan dan lampiran. Dari segi bahasa juga berbeda, Buku menggunakan bahasa santai sedangkan karya ilmiah menggunakan bahasa ilmiah. Lalu bagaimana tahapan mengubah karya ilmiah menjadi sebuah buku?

    Ada beberapa cara mengubah Karya ilmiah menjadi sebuah buku yaitu :

1. Ubah Judul

    Judul pada karya ilmiah menggunakan bahasa ilmiah, kaku dan panjang. Sedangkan judul buku lebih populer, santai, singkat dan padat. Meskipun judul karya ilmiah sudah diubah menjadi lebih singkat dan padat akan tetapi tidak mengubah arti judul karya ilmiah.

2. Ubah daftar isi

    Biasanya daftar isi karya ilmiah berupa pendahuluan, landasan teori, metode penilitian, hasil dan pembahasan serta penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Setelah diubah menjadi buku, susunan daftar isi mengikuti pedoman 2W+1H. Yang pertma Why  menjelaskan pentingny alasan penggunaan metode utntuk pembelajaran. Kedua What menjelaskan apa itu, karakteristik, ciri khas dari metode atau model yang menjadi fokus tulisan. kemudian yang terakhir How  menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, hasil pembutan dan penerapannya.

3. Berikan pengetahuan baru terkait dengan isi sekarang. 

    Kita bisa mengaikan materi dengan isu yang sedang booming atau berkembang saat ini. sebagai contoh mind map dikaitkan tuntutan pembelajaran abad 21 yang mengharuskan peserta didik memiliki kompetensi 4C .  Atau dapat juga menghubungkan mind map sebagai sebuah media efektif pada pemebelajaran masa pandemi.

4. Boleh menampilkan hasil penelitian tetapi jangan terlalu banyak cukup yang penting saja yang ditulis.

5. Secara kebahasan dan penyajian

    Karya ilmiah versi buku berbeda dengan versi karya ilmiah. Pada buku susunan  dan gaya tulisan bebas terserah penulis. Kita bisa membuat tulisan buku dengan kreativitas kita. Membaca buku sebagai bahan literasi sangat penting. Ini berguna untuk memperkaya bahasa kita agar pembaca memahami isi buku secara lengkap, mengena apabila karya ilmiah menadi buku.

6. Daftar pustaka boleh menggunakn blog namun blog resmi seperti Kemdikbud.go.id, jurnal ilmiah, ebook atau karya ilmiah lainnya.

7. Berikan ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan penelitian yang dilakukan, agar pembaca yakin bahwa penelitian ini  enar-benar dilakukan penulis.

8. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf dan margin disesuaikan dengan aturan penerbit.

9. Agar tidak dikatakan self plagiarism, hindari copy paste karya ilmiah. Usahakan kita tetap menulis ulang setiap kalimatnnya, namun tidak mengubah arti daari kalimat yang tertilis pada karya ilmiah yang asli. Tentu teknik parafrase sangt diperlukan dalam mengkonversi karya ilmiah menjadi buku.

    Demikian penjelasan Bu Nora memaparkan cara mengubah karya ilmiah menjadi buku. Pada dasarnya kememapuan gaya bahasa kita juga dipertaruhkan dalam mengubah karya ilmiah menjadi buku. Untuk itu kita jangan lelah untuk membaca sebagai sarana memperkaya diksi kita. Tulislah dengan bahasa sendiri agar tidak disebut sebagai seorang plagiat. 

    Sebagai penulis pemula ini adalah ilmu yang luar biasa, yang kita poroleh pada malam ini. Apapun genre sebuah buku baik fiksi maupun non fiksi pasti memiliki peminat sendiri. Biarkan tulisan kita menemukan takdirnya sendiri. Writing is my passion teruslah ditanamkan dalam diri kita. Biarkan dunia mengenal kita melalui karya kita. Teruslah menulis dan menulis sampai nama kita tertulis dihati para pembaca.

Salam Literasi...

Rabu, 26 Januari 2022

Naik Kelas


 Pertemuan ke 5

Tanggal, 26 Januari 2022

Tema : Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

Narasumber: Aam Nurkhasanah,S.Pd

Moderator : Dail Ma'ruf

Resume : ke 5

Gelombang : 24


      Pernahkah anda merasakan kegagalan? Pernahkah anda merasa menjadi orang yang tak berguna? Atau pernahkah anda merasa orang yang paling tidak beruntung?

     Jika anda pernah merasakannya, bagaimana caranya anda bangkit dari keterpurukan itu? Bagaimana caranya anda naik ke tangga yang lebih tinggi lagi? Bagaimana caranya anda mengubah dunia anda?

     Hampir semua orang pernah merasakan kegagalan. Jatuh bangun menggatungkan mimpi di langit. Terseok - seok berlari mengejar ketinggalan. Serta naik turun jalan kita.

     Malam ini mata kita dibuka lebar - lebar oleh Ibu Aam Nurkhasanah,S.Pd selaku Narasumber serta Bapak Dail Ma'ruf sebagai moderator yang mempesona. Apa yang bisa kita lihat dari seorang Ibu Aam? Ibu rumah tanggakah? Guru kah? Kepala sekolahkah? Atau penulis hebat dengan segunung prestasinya.

    

                                                                                     Foto : Ibu Aam Nurhasanah,S.Pd

      Bu Aam adalah contoh salah seorang yang pernah mengalami kegagalan. Beliau adalah peserta Pelatihan Menulis Gelombang 8 yang gagal dan berhasil lulus di Gelombang 12. Tidak tanggung - tanggung beliau mampu menulis buku dalam waktu semingg. Ini adalah prestasi luar biasa, menulis membuatnya naik kelas dan berperstasi. Di sela - sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, guru, kepala sekolah beliau mampu menerbitkan banyak buku antologi dan 4 buku solo.

Salah satu contoh buku solo karya Ibu Aam Nurhasanah,S.Pd

      Bagaimana Bu Aam bangkit dari kegagalannya? Bagaimana caranya Bu Aam mengejar ketinggalannya? Bagaimana caranya Bu Aam naik ke tangga yang lebih tinggi? Kita simak cerita yang menarik dari Bu Aam berikut ini.

      Awalnya tentu sempat merasa putus asa dari hati kecil Bu Aam, akan tetapi beliau berfikir "Aku pasti bisa mengejar teman-teman yang sudah lulus terlebih dahulu". Dengan semangat yang menyembur seperti letusan Sumeru, beliau berusaha keras untuk lulus.

     Beliau memotivasi diri sendiri dengan kepercayaan diri yang kuat. Beliau terus menulis dengan ide segala sesuatu yang beliau alami, segala seauatu yang beliau lihat, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya.

      Bu Aam terus fokus menulis, menurut beliau "Ini pasti bukan soal kemampuan, karena bakat bisa diasah dan dilatih. Ini soal fokus dan niat yang harus kita tanamkan sejak pertama kali bergabung. Jika tidak fokus, pasti tidak akan lulus." 

    Jangan jadikan menulis sebagai beban, akan tetapi jadikan menulis itu suatu kebutuhan. Dimana pada saat kita tidak menulis, seperti ada satu ruh kita yang hilang. Saat kita tidak menulis, seakan hidup kita kurang lengkap. Dan jadikan menulis itu sebagai hiburan.

Salah satu kegiatan Ibu Aam Nurhasanah,S.Pd kerika bosan

      Selain itu Bu Aam juga mengasah dirinya agar berani berproses dari nol. Berani mengikuti tanntangan antologi, berani dengan tantangan kurator, berani dengan tantangan editor, sampai berani mengikuti lomba blog agar kemampuan menulisnya semakin tajam.

      Seperti halnya manusia biasa Bu Aam pun pernah meraskan kebosanan. Beliau mengatasinya dengan melakukan kegiatan hobi lain. Bisa dengan jalan-jalan, merajut atau liburan untuk mengembalikan moodnya. Saat sudah kembali segar beliau akan melanjutkan menulis.

      Sebagai penulis pemula Bu Aam bisa dijadikan cermin untuk kita. Bisa naik kelas dan berprestasi semua butuh proses. Jatuh bangun, kesandung pasti akan kita alami. Akan teyapi terus mengasah diri kita dengan menulis dan menulis. Jangan berhenti hanya karena satu kata "Gagal" terus maju untuk kata "Berhasil".

      Satu contoh yang bisa kita curi dari pengalaman Bu Aam adalah semangat Bu Aam yang membara, kepercayaan diri Bu Aam yang berapi, serta keberanian Bu Aam yang mengikuti segala tantangannya. Sehingga beliau mampu naik kelas dan berada pada puncaknya.

      Menulis adalah kegiatan yang menciptakan momen indah yang bisa diwariskan. Menulis adalah pekerjaan yang mengukir keabadian. Jika gajah mati meninggalkan gading, maka manusia jangan mati yang hanya meninggalkan nama di batu nisan tapi meninggalkan karya yang selalu terkenang.

"Jika ingin mengenal dunia maka membacalah, jika ingin dikenal dunia maka menulislah" satu kalimat indah dari Bu Aam.

Semangat dan salam literasi.

Selasa, 25 Januari 2022

Be your self

 

Pertemuan ke 4

Tanggal : 24 Januari 2022

Tema : How to be the F1

Narasumber : Maesaroh,M.Pd

Moderator : Widya Setianingsih

Resume : ke 4

Gelombang : 24

      Masih bercerita tentang pengalaman. Tentunya kita semua tahu bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Mungkin kita sering mendengar oranga lain berbicara "ya sudah coba dulu buat pengalaman" atau pernah juga mendengar "Dia sudah berpengalaman jadi lancar" atau juga "pengalaman dia dalam hal ini sudah tidak diragukan lagi", dan masih banyak lagi kata pengalaman yang terdengar ditelinga kita.

     Sebaga penulis pemula tentu harus banyak belajar dari pengalaman orang-orang luar biasa. Seperti para narasumber yang membagi ilmunya secara cuma-cuma. Tentunya kita akan mencuri ilmunya, praktikan dan buktikan.

     Sudah tidak diragukan lagi untuk  kecepatan narasumber kita malam ini, Ibu Maesaroh,M.Pd. yang telah membagi ilmunya kepada kita. Pengalaman Bu Maesaroh yang sangat cepat tepat dalam mengumpulkan atau menulis resume. Membuat kita ingin mengorek lebih dalam pengalaman beliau.

      Bu Maesaroh ditemani Bu Widya Setianingsih membagi pengalamannya cara menulis resume yang benar. Menurut beliau menulis resume yang benar itu yang pertama amati materi dari narasumber, tiru bahasa narasumber, dan modifikasi  atau bisa kita sebut debgan singkatan ATM (amati, tiru, modifikasi).

     Untuk meniru dan memodifikasi materi narasumber  kita bisa buka atau cari rujukan lain atau tambahi kalimat dari kita sendiri. Usahakan bahasa kita dalam meresume bisa lebih menarik dari materi yang disampaikan.

      Cara yang kedua yaitu jangan copy paste bahasa narasumber. Ini sudah sangat jelas sekali, copy paste bahasa narasumber secara utuh sama saja plagiasi. Maka dari itu kita harus memodifikasi bahasa narasumber.

      Cara yang ketiga yaitu hindari copy paste materi narasumber. Tentunya kita harus mampu mengembangkan materi dari narasumber dengan bahasa sendiri. Maka dari itu kita harus banyak membaca referensi karena "Penulis Cerdas adalah Pembaca yang Rakus" begitulah kira-kira kata Om Jay.

      Cara yang ke empat adalah  kembangkan materi dengan relevansi sumber yang lain yang berhubungan dengan materi. Sudah jadi makanan sehari - hari bagi penulis untuk selalu membaca. Karena membaca adalah jendela dunia. 

      Cara yang ke lima yaitu berikan kesimpulan di alhir pejabaran resume, hal ini berguna untuk menggaris bawahi materi apa yang disampaikan oleh narasumber.

      Dan yang paling penting adalah cara ke enam yaitu meresum dengan gaya bahasa sendiri agar hasil resume memiliki ciri yang khas. Kita semua diciptakan dengan ciri khas masing-masing. Jadi tunjukan ciri khas kita.

      Bu Maesaroh pun mengatakan jangan silau dengan tulisan bagus orang lain, menjadi diri sendiri dengan memantapkan keyakinan "Aku bisa Aku mampu" tak perlu risau dengan prestasi orang lain. Yang perlu kita tanamkan adalah "saya siap menjadi yang bermanfaat untuk orang lain".

     Untuk itu kita harus terus menulis dan menulis. Semakin banyak membaca, semakin sering menulis maka akan semakin terampil kita dalam menulis. Hal ini dapat mengasah bagaimana karakter tulisan kita.

     Cara aman memikat hati pembaca adalah menulis dengan bahasa sendiri. Kita juga bisa menggunakan tekhnik parafrase materi narasumber.  Itulah beberapa tehnik menulis resume yang disampaikan Bu Maesaroh.

      Bu Maesaroh juga menyampaikan alasanya kenapa selau ingin jadi yang teratas atau tercepat dalam tulisannnya. Menurut beliau Apabila tulisan kita diurutan teratas, besar kemungkinan banyak pengunjung yang membaca atau melihat tulisan kita. Akan tetapi satu hal yang perlu ditekankan dalam menulis resume adalah esensi dari resume itu sendiri. 

      Kesimpulan malam ini adalah menjadi diri sendiri dalam menulis itu suatu kewajiban. Menulis dengan gaya bahasa sendiri menjadi suatu keharusan. Memperbanyak baca referensi menjadi satu kebutuhan. Dan teruslah menulis dan menulis adalah satu kenikmatan.

     "Belive or not is yours... Prove it" Begitulah Bu Maesaroh menyemangati penulis pemula.


Salam literasi  

Jumat, 21 Januari 2022

Belajar Dari Pengalaman


Pertemuan ke 3

Tanggal : 21 Januari 2022

Tema :  Blog dan Youtube Mengantarkanku menjadi Guru Inspiratif Terbaik Nasional

Narasumber : Rita Wati,S.Kom

Moderator : Rosmiyati


      Penulis pemula harus sabar. Ketika tulisannya diabaikan, kita harus tetap sabar. Ketika kita ambyar saat menulis, kita harus sabar. Ketika kita tidak menemukan ide , kita tetap harus sabar.

      Tidak dibaca tulisan kita, bukan berarti tulisan kita tidak bagus atau tidak menarik. Tetapi kita diminta untuk terus belajar menulis. Karena yang terpenting bagi penulis pemula adalah ketekunan. Dari ketekunan kita akan belajar mengenali diri kita sendiri sampai mana kemampuan menulis kita.

     Tingkatkan gairah kita dalam menulis, selayaknya sang bintang yang selalu memancarkan pesonanya dikegelapan. Sehingga kita lupa hambatan dan kendala saat menulis. Jadikanlah menulis sebagai passion untuk menambah cita rasa menulis.

     Bukan hal yang tidak mungkin, jika bearawal tulisan yang diabaikan tiba - tiba melejit menjadi mutiara yang indah. Untuk menghasilkan mutiara yang indah sang kerang akan merasakan kesakitan yang luar biasa. Jadi teruslah menulis dan menulis.

     Berkaca dari pengalaman narasumber kita hari ini Ibu Rita Wati, S.Kom sang guru inspiratif terbaik tingkat Nasional. Beliau menceritakan pengalamannya sampai pada titik terbaik Nasional melalui Ibu Rosmiyati yang bertugas mendampingi beliau dalam memberi materi malam ini.

      Cikgu Rita begitu sapaan di chanel youtubnya, menguraikan perjalanannya sebagai guru inspiratif melalui youtub dan blog. Siapa sangka bahwa sebenarnya beliau selalu menjudge dirinya tidak bisa, tidak layak dan tidak percaya diri. Ternyata mampu mendulang banyak prestasi.

      Patut kita acungi jempol, Cikgu Rita mampu membangun rasa percaya dirinya dari menulis. Hanya menulis dan sekedar menulis. Tanpa diduga tulisannya dishare di blog walking oleh sang Master Om Jay. Dan dari situlah Cikgu Rita mulai mengepakan sayapnya.

      Bukan hanya sebagai youtuber atau blogger saja. Cikgu sudah menerbitkan puluhan buku solo, bahkan beliau di gandeng sebagai kurator, editor, dan narasumber dalam berbagai kegiatan.

     Tentunya banyak sekali pertanyaan bagaimana bisa sorang guru biasa menjadi guru inspiratif terbaik, sekaligus youtber, bloger dan penulis berkelas. Cikgu Rita hanya menjawab singkat "Tidak ada yang mustahil di dunia ini, jika hari ini terlihat mustahi maka besok akan menjadi kenyataan".

     Cikgu Rita menuturkan tidak ada trik dan tips  khusus untuk menjadi youtuber dan bloger  semua berawal dari rasa ingin berbagi. Tentunya Rasa tidak percaya diri, pesimis dan mudah putus asa yang muncul menjafi kendala tapi kita ganti rasa itu dengan semangat, optimis dan selalu berusaha maka cita - cita akan tercapai.

     "Teruslah menulis dan wujudkan cita - cita, tuangkan ide dalam menulis, dan biarkan tulisan kita menemukan takdirnya."  Tulis Cikgu Rita menutup cerita pengalaman pribadinya.


Salam Literasi

Berikut saya lampirkan 

Kumpulan buku karya Cikgu Rita


Salah satu link youtub Cikgu Rita

https://www.youtube.com/watch?v=jDGXMuffGZE 

Tulisan Blog Cikgu Rita yang  dishare Om Jay

http://www.ritapinang.my.id/2021/07/review-blog-walking-hasil-kelas-belajar.html 

Rabu, 19 Januari 2022

MeMenulis Sebagai Passion


Pertemuan : ke 2
Tanggal pertemuan : 19 Januari 2022
Tema : Menjadikan Menulis Sebagai Passion
Narasumber :Dra.Sri Sugiastuti,M.Pd
Moderator : Helwiyah
Resume : ke 2

      Setelah menulis apa saja yang ada di depan mata. Menulis apa yang ada di sekitar kita. Menulis setiap hari, dan biarkan mengalir begitu saja. Dan teruslah menulis dengan hati. Tentu jari - jari kita seperti tak ingin lepas dari layar HP ataupun keyboard laptop. Otak kita pun tak akan dibiarkan untuk mengeluh dalam angan-angan. Saat sendiri kita akan mencari alat untuk membantu mengalirkan aliran bahasa dalam benak kita. Sehingga kita akan menulis dan menulis.

      Ini bukan sulap juga bukan sihir, ketika kita menulis dengan tekanan harus ini harus itu tiba-tiba kosa kata kita akan hilang begitu saja. Kita tak mampu meluapkan apa yang dalam benak kita. Akan tetapi ketika kita menukis dengan hati kita, simsalabim semua kalimat bisa saja meluncur dengan derasnya. Bahkan kita bisa kewalahan untuk mengetiknya. Kata demi kata, kalimat demi kalimat meluncur deras. Maka menulislah dengan hati meski ada aturan dalam menulis biarlah hati yang menulis. Hati yang akan menunjukan aturan-aturan itu. Dan hatilah yang akan menunjukan tulisan terbaik. 
     
      Menulis itu menyampaikan pesan. Tapi kita bisa menjadikan menulis sebagai passion. Seperti judul tema malam ini "Menjadikan Menulis Sebagai Passion" yang disampaika oleh Ibunda kita Drs. Sri Sugiastuti,M.Pd dan moderator yang selalu semangat memberi motivasi kepada penulis pemula Ibu Helwiyah.

      Berikut profil Ibu Drs. Sri Sugiastuti,M.Pd atau yang lebih kita kenal dengan sapaan Bu Kanjeng. 

      Menurut Bu Kanjeng, alasan mengapa menjadikan menulis sebagai passion adalah kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas  yang sampai saat ini profesi menulis sangat dihormati secara sosial. Hal ini bisa menjadi pematik semangat kita agar terus menulis dan menulis. Untuk itu kita harus mengalahkan hambatan atau kendala yang menjadikan kita mundur dalam menulis.

      Adapun kendala yang sering dihadapi penulis terutama bagi penulis pemula menurut Bu Kanjeng sebagai berikut :
Merasa tidak bakat menulis, Tidak memiliki waktu, Tidak memiliki ide, Tidak mau dikritik, dan tidak suka menulis.

     Dari beberapa hambatan dan kendala tersebut, kita harus mempunyai alasan untuk menulis. Bu Kanjeng mengungkapkan beberapa alasan umtuk menulis. Seperti mengapa kita menulis? Bagaimana cara kita menulis? Kapan kita mulai menulis? Dan tentunya kita harus mempunyai motivasi menulis.

    Setelah kita menemukan jawaban dari alasan tersebut, kita akan berusaha menjadi penulis. Sebagai penulis itu harus sabar. Penulis pemula sebaiknya tekun dalam proses menulis sambil terus belajar menjadi penulis yang baik. Adapun langkah - langkah menjadi penulis yang baik menurut Bu Kanjeng yaitu :
1. Read
     Perbanyaklah membaca untuk menambah wawasan kita dalam menulis. Penulis yang baik akan banyak membaca buku baik buku umum maupun buku yang spesifik.
2. Discuss
     Setelah kita membaca buku, kita bisa mendiskusikan bacaan kita dengan orang lain. Sebaiknya penulis pemula memiliki mentor menulis yang tepat yang bisa diajak untuk berdiskusi.
3. Look and feel
4. Socialize
     Sosialisasi itu sangat penting. Karena dari sini kita bisa menemukan banyak oengetahuan dan pengalaman dari orang sekitar.

      Ada lima tahapan dalam menulis yang tertulis pada paparan Bu Kanjeng yaitu :
1. Menggali dan menemukan gagasan/ide
2. Menentukan tujuan, Genre, dan Segmen Pembaca.
3. Menentukan Topik
4. Membuat Outline
5. Mengumpulkan bahan materi

      Dari paparan Bu Kanjeng tentang Writing is passion ini memunculkan banyak pertanyaan dari peserta disegala penjuru Tanah Air. Antusias bertanya dari peserta tentunya salah satu bukti bahwa menulis adalah sesuatu yang menarik yang bisa dijadikan passion. Bu Kanjeng sendiri memilih tema ini karena menurut beliau suatu gairah itu tidak akan pernah padam. Bagaimanapun keadaan kita teruslah menulis dan menulis. Yang paling terpenting adalah kita harus bangga dengan potensi yang kita miliki. Karena sesungguhnya kita terlahir di dunia sudah menjadi pemenang, sudah diberi talenta dan akal yang sehat. Menulis itu harus sabar, sebagai penulis pemula sebaiknya lebih fokus pada ketekunan dalam menulis. Tulislah sesuai kemampuan kita, jangan berfikir harus sempurna dan idealis begitulah yang di tulis Bu kanjeng pada paparannya.

      Tentunya kita sebagai penulis pemula harus terus menulis dan menulis. Menulis buku adalah pekerjaan mulia, jangan takut tulisan kita jelek atau tidak ada yang mau membaca. Tetaplah dalam komunitas literasi pungkas Bu Kanjeng menutup pertemuan maya pada malam ini. 
Salam Literasi....

Senin, 17 Januari 2022

Ide Menulis Bagi Guru


 Tanggal Pertemuan : 17 Januari 2022

Resume : ke 1
Tema : Ide Menulis Bagi Guru
Narasumber : Wijaya Kusumah,M.Pd
Moderator : Maesaroh
Gelombang : 24

Malam ini begitu sepesial bagi saya. Ada sesuatu yang baru, yang membuatku berdecak kagum. Seperti menemukan mutiara tersembunyi dibalik cangkang kerang. Bahkan nilainya lebih dari itu. Tidak dapat ditukar dengan nominal angka dilembaran foto pahlawan. Betapa tidak, sesuatu yang biasa saya gunakan ternyata sangat bermanfaat jika kita bijak menggunakannya.

Saya tak pernah membayangakan, akan bergabung dalam pelatihan menulis dengan orang - orang yang secara sukarela membagi ilmunya, menunjukan cara - cara menulis dengan baik sampai bagaimana cara memulai menulis bagi oranga awam. Berapa kali bertemu dengan kawan yang sudah menerbitkan buku, bergabung dengan penerbit-penerbit luar biasa tetapi ketika saya minta "ajarin dong saya menulis, biar bisa nulis kayak kamu " jawabnya apa coba? "saya juga belajar mb, saya juga masih baru, saya juga udah lama nggak nulis dan bla... Bla... Bla... " ini sangat menyebalkan bagi saya. Saya marah?? Nggak, saya hanya bertutur dalam hati "iyah sih kamu belajar, tapi kamu suka pamer story buku-buku karyamu, iyah sih belajar mbok ya bilang... Owh iyah mb, saya belajar mba mau juga belajar? Yuh gabung". Kan kalau jawabannya gini enak dengernya. 

Tapi saya tak pernah mengubur keinginan saya agar bisa menulis. Sampai akhirnya saya mendapat link grup "Belajar Menulis" yang di bimbing oleh orang - orang yang berhati mulia. Orang - orang yang dengan sukarela membagi ilmunya untuk orang semacam saya ini. 

 Dan malam ini adalah malam pertama saya bisa bersua dalam maya untuk menimba ilmu sebanyak - banyaknya. Bahkan otak jahatku pun berkata "ambil semua ilmunya, praktekan, dan buktikan". Ini jadi mirip mantra ajaib Om Jay "Menulislah setiap hati dan buktikan apa yang terjadi". Baiklah Om Jay , saya akan menulis setiap hari, saya akan membuktikan apa yang terjadi dan ridhoilah saya Om Jay agar saya bisa meranumkan buah - buah yang Om Jay tanam, sehingga akan membawa manfaat untuk semua orang.

Sungguh, ini adalah cita-cita yang mulia bagi seorang Bapak Wijaya Kusumah,M.Pd nama lengkap Om Jay, menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain. Semoga Allah membalas kebaikan Om Jay dengan balasan yang sangat indah aamiin.... 

Saya terkejut ketika jadwal pertemuan bersama Om Jay itu hanya lewat Chat grup WA. Tadinya saya akan membuka youtub, jika malam ini saya tidak bisa mengikuti. Karena si Kecil rewel minta pergi ke tempat tidur. Untung saja, HP ada ditangan, saya membuka grup "Belajar Menulis" banyak sekali chat yang masuk secara beruntun. Di awali dengan pembukaan yang dilakukan Ibu Maesaroh yang berlanjut materi dari Guru Besar Grup Belajar Menulis Bapak Wijaya Kusumah,M.Pd  atau lebih dikenal dengan panggilan Om Jay.

Banyak hal yang diceritakan oleh Om Jay, seperti tema hari ini "Ide Menulis Bagi Guru". Tentunya sebagai guru saya semakin tertarik dengan diskusi yang ada di grup ini. Apapun saya lakukan untuk malam ini, tangan kiriku mengusap pubggung si Kecil sedangkan tangan kananku mengusap muka HP. Apa yabg dikatakan Om Jay memang benar bahwa cobalah menulis tanpa ide, tulislah apa yang anda rasakan, lihatlah sekeliling anda, apa yang ada di depan mata anda, karena hakekat menulis adalah menyampaikan pesan. Menurut Om Jay ide menulis itu bisa dimulai dari diri sendiri misal prosfesi guru, bisa menulis tentang oengalaman mengajar, atau tentang kesuksesan murid kita sendiri. 

Tentunya ucapan itu menggelitik jari jempolku untuk terus mengusap layar HP. Lalu bagaimana caranya kita mengawali tulisan kita? Pertanyaan ini pun muncul dari beberapa anggota grup sama seperti yang ada dipikiran saya. Secara bijak Om Jay ceritakan apa yang ada di sekitar kita, buatlah pembukaan tulisan yang menarik, sehingga pembaca tertarik untuk membaca tulisan kita.

Belajar, terus belajar melalui Grup Belajar Menulis tentu akan mengasah kemampuan kita. Bergabung dengan orang - orang hebat akan memotivasi kita untuk semangat belajar. Buanglah rasa malas yang ada, tunjukan percaya diri kita, mulailah menulis dengan hati. 

Ini sungguh luar biasa bagi saya, kata-kata yang membakar semangat saya untuk belajar menulis. Meskipun sedang menina bobokan si kecil, jariku pun tak henti mengetikan huruf, menyusun kata dan merangkainya menjadi kalimat. Menulislah dari hati, dimana pun tempatnya dan bagaimanpun caranya seoerti yang saya lakukan saat ini. 

Iyah mantra ajaib Om Jay sungguh mustajab, menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Saya menulis melalui HP, saya merasakan nikmatnya menulis, saya mengalahkan rasa minder yang ada dalam diri saya. Bukan hanya itu, saya juga membuktikan bahwa menulis bisa dilakukan dimana saja, dan tanpa ide pun kita bisa menulis.  Iyah menulislah dengan hati karena menulis itu bekerja untuk ke abadian.

Salam literasi....

Sabtu, 15 Januari 2022

Gabut

 Minggu,16 Januari 2022

Entahlah, apakah menulis blog di HP dan Lapto sama atau berbeda. Yang jelas saat ini aku hanya ingin menorehkan rasa gabut saat melalui tulisan ini. Mungkin bahasa halusnya santai dari pada gabut. Atau bahkan sebaliknya? Hehehe... Ini benar - benar mengalihkan duniaku. Betapa tidak, biasanya buka HP kalo gak liat story WA, ya liat youtub atau tik tok, malah bisa juga googling cari info tentang resep makanan, tentang cara mendidik anak bahkan tentang berita receh seperti info tentang bayi artis. Hari gini memang beritanya yang kebahagiaan artis yang kadang bikin kita lupa bersyukur atas nikmat yang ada di depan mata kita sendiri.

Oh... No... Ternyata menulis itu membuat kita malas untuk berkepo kepo ria. Kepo terhadap kehidupan orang lain. Tapi aku tak menyesal dengan ini, meski receh juga tulisan ini, setidaknya aku belajar meluapkan apa yang ada dalam diri sendiri. Mungkin tulisannya belum menarik, tak apalah... Semua butuh proses. 

Sembari mengawasi si sulung Wirda bermain sepatu roda, si bungsu Miftah drum dengan baskom sayur, aku pun mengasah kemampuan untuk menulis. Aku masih menggunakan HP untuk melancarkan bahasa tulisku. Besok akan ku coba membuka blog melalui laptop, dan menyalurkan tumpukan huruf yang ada di otaku. 

PR ku masih banyak, tugasku masih numpuk, belajarku perlu ditingkatkan. Melalui grup belajar menulis, aku juga belajar membuat blog, menggunakan blog, memanfaatkan blog agar kegabutanku lebih bermakna.

Salam literasi...

Balada Bloger

Mungkin ini terkesan lebay atau alay istilah anak muda sekarang. Tapi memang harus aku akui, belajar membuat blog itu hal yang baru buatku. Dulu pernah membuat blog untuk instasi dimana aku berkaya, akan tetapi minimnya informasi dan ketidak tahuanku tentang manfaat blog itu membuatku gelagepan dalam menggunakan blog. Jangankan untuk mengelola blognya, untuk membukanya saja aku bingung. "loh kok muncul ini... Loh kok begini... Ini sih gimana ya... " alamak malu aku untuk bertanya ke teman yg berpengalaman. Sampai akhirnya aku tinggalkan blog itu seperti barang bekas. Maaf karena benar - benar lupa untuk membukanya.

"Kenapa sih kamu gak tanya? Katanya kamu pengin punya blog? Katanya kamu pengin jadi penulis?katanya kamu pengin Punya buku?"ah... Berbagai penyesalan muncul. Akan tetapi sisi lainku pun gak mau mengalah begitu saja. "lah nanti aja belajar lagi, lah entar kalo ada waktu googling aja cara menggunakan blog, lah nanti aja kalo ketemu ade langsung bisa tanya-tanya, sekarang fokus aja kerjaanmu sama operator." Dan aku pun harus menyerah atau mengalah dengan keadaan.

Rasanya lucu ya, ternyata gengsi bisa saja mengalahkan mimpi. Tapi begitulah, pemalu yang menghantuiku, minder sama orang yang dipandangku lebih uwow, rasanya aku tuh seperti butiran debu di pasir. "Hahah... Masih saja pandai bersajak". 

Nah setelah malam ini, aku bertemu orang - orang hebat yang luar biasa. Bu Aam, Bu Kanjeng, pak Brian, Om Jay dan masih banyak lagi para motivator yang tidak ku tulis, terimakasih semuanya. Meski masih ada keraguan, "apakah aku mampu melewatinya?apakah aku mampu menulis?apakah aku ... Dan apakah aku yang lainnya". Aku seperti pecundang saja kan.. Yang menyerah sebelum bertarung, yang mengaku kalah sebelum perang, yang merasa gagal sebelum mencoba. Dan apa yang dikatakan Om Jay " Yang penting nulis..." itu yang aku simpulkan semalam, aku jadi mencoba membuat blog sederhana dulu, sebagai sarana menulis. 

Aku pun langsung scroll grup WA, "mana ya tadi yabg cara membuat blog, yang dicantumkam pak Brian" begitu ketemu Bismillah, jadilah blog simpel ini. 

Ternyata menulis atau membuat blog jaman sekarabg tidak melulu pakai laptop. Pakai HP menukis sambil rebahan, menunggu tombol di ricecooker pindah,bisa aku lakukan. Terimakasih narasumber, terimaksih motivator ini luar biasa. Tapi ada satu pertanyaan yang mengganjal, atau entah karena semalam aku gak bisa full mengikuti zoom ya?. "bagaimana aku bisa membuka blogku sendiri... Perasaan tadi pas membuat blog, tidak ada masukan pasword. " hahah lucu sekali dan sangat bodoh sekali pertanyaanku ini. Balada emak-emak bermain blog ini.

Wah, aku juga lupa bagaimana cara share tulisan, komentar tulisan. Akhirnya aku buka lagi grup WA. Ini tuh menarik, belajar dari orang - orang hebat tanpa bertemu secara nyata. Orang - Orang hebat yang sabar dan telaten menghadapi orang seperti aku ini. 

Dan sekarang, aku sadar tak perlu malu tak perlu minder dan teruslah belajar. Mohon bimbingannya para senior luar biasa. Terimakasih semuanya. 


Minggu, 16 Januari 2022


PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...