Dahaga menyambutku
Terpaku melihat sosok depanku
Tak sanggup ku bersua
Punggung yang renta
Rambut yang tak lagi hitam
Kulit yang tak lagi kencang
Badan yang tak lagi perkasa
Ayah....
Aku tak bisa menatapmu lagi
Pilu hati mengiris nadi
Hingga tak keluar sedikitpun perih
Selain perih akan kerinduanku
Ayah...
Kenapa kau hanya memunggungiku
Kenapa kau sembunyikan pedihmu
Kenapa kau simpan dukamu
Ayah...
Lihatlah aku
Aku yang membuat duka
Aku yang menggoreskan pedih
Aku yang menyayat hatimu
Ayah...
Sudikah kau tersenyum untukku
Relakah peluhmu untukku
Maukah kau menggandengku
Ayah...
Maafkanku...
Ku beranikan langkahku
Menepuk punggung merah
Punggung yang mengingatkanku
Pada cinta pertamaku
Ayah...
Keren mbak
BalasHapusYuh lah mb... Bersanding biar tambah tajam...
HapusBagus puisinya
BalasHapusMakasih bu...☺
HapusPuisinya mantap...
BalasHapusRefleks aja ni pak... Jd puisi
HapusMakasi om Jay...
BalasHapusKeren mbak , sajak puisinya menghayati sekali, hidupkan selalu ruh sajak mbak, walaupun tidak ada kita lagi, ruh puisi akan menggema bagi siapa yang membaca😍
BalasHapusluar biasa, puisi yg sangat menyentuh hati
BalasHapus