Sabtu, 19 Februari 2022

Konsep Buku Non Fiksi


 

Pertemuan ke 15

Tanggal, 18 Februari 2022

Tema : Konsep Buku Non Fiksi

Narasumber : Musiin, M.Pd

Moderator : Dail Ma’ruf

Resume : Ke 15

Gelombang : 24


Malam ini aku bulatkan tekad untuk mengejar ketertinggalanku dari kelas menulis. Sudah tiga kali pertemuan tidak bisa mengikuti secara langsung pertemuan ini karena suatu hal. Menjadi kebahagiaan orang tua ketika bisa bercanda dengan si kecil. Minggu-minggu ini si kecil tidur lebih lambat karena waktu bercanda sebelum tidurnya lebih lama. Alhasil aku pun akan terlelap ketika si kecil terlelap. 

Jika tiga pertemuan kemarin, aku membaca materi dipagi hari dan menulis dimalam harinya. Kali ini akan ku rangkai malam ini dan meski akan terkirim esok harinya. Menulis adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan dan pembiasaan. Banyak ide yang keluar dari otak kita, jika tidak dituangkan langsung akan menghilang bersama udara.

 Meski berlarut dalam kesibukan, maka luangkan waktu untuk menulis bukan menulis ketika waktu luang. Begitulah yang selalu terngiang di hari-hariku saat ini. Banyak hal yang bisa kita tulis, semua ytergelar di sekitar kita. Tinggal bagaimana kita meluapkannya dalam kalimat.

Sama halnya menulis resume kegiatan pelatihan menulis, menulis buku non fiksi pun membutuhkan konsep yang matang untuk hasil yang terkenal. Bagaimana tidak? Buku non fiksi tentu memiliki tantangan yang lebih dari sebuah resume. Untuk itu, mlam ini sangat tepat sekali untuk membahas “Konsep Buku Non Fiksi” yang akan disampaikan oleh Ibu Musiin, M.Pd selaku narasumber dan Bapak Dail Ma’ruf selaku moderator.


Bu Musiin juga termasuk alumni kelas belajar menulis. Merangkak dari nol dan pertama kalinya mengenal blog. Ini adalah bukti bahwa tidak semua kesuksesan bermodal mahal. Pada kenyataanya sukses itu berawal dari perjuangan yang tak putus. Bukan dilihat dari hasil tapi dari proses itu arti sukses sebenarnya. 

 

Bagaimana cara kita memulai menulis buku non fiksi?

1. Langkah awal adalah kita harus berani melawan diri kita sendiri. 

Percaya diri dengan kemampuan kita dalam menulis. Hiangkan rasa takut bahwa kita tidak bisa menulis, takut tulisan jelek, takut tidak ada yang membaca, takut salah menyampaikan pendapat dalam tulisan, merasa karya teman lebih bagus, takut ini takut itu yang akhirnya berbuntut tidak ada karya yang dihasilkan. Karena ketakutan - ketakutan itu yang merendahkan potensi untuk menulis.

Banyak cara untuk menghilangkan rasa takut tersebut. Sebagai contoh kita bergabung dengan kelas menulis seperti ini  ini akan sangan membantu mengalahkan rasa takut kita. Dalam kelas menulis kita akan bertemu dengan orang - orang hebat yang baik langsung ataupun tidak langsung menjadi motivator kita. Kelas menulis yang diprakarsai Om Jay ini salah satu jalan untuk memberanikan kita menulis.

Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki diri kita adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Jika orang lain memiliki buku maka kita pun bisa memiliki buku. Jadi buang rasa takut kita, tingkatkan percaya diri kita, yakinkan diri kita mampu menulis. Kalahkan rasa takut pada diri kita dan jadilah pemeneng dengan menerbitkan buku tidak hanya satu buku namun puluhan buku.

2. Langkah kedua yaitu kita temukan alasan apa kita menulis.

Dalam melakukan kegiatan tentu kita memiliki alasan yang kuat untuk mengerjakannya. Sama halnya dengan menulis. Ada beberapa alasan untuk apa kita menulis seperti :

a. Ingin berbagi dengan mewariskan ilmu lewat buku

b. Ingin memiliki buku karya sendiri yang dijual diberbagai toko

c. Ingin menjadi penulis terkenal

d. Igin mengembangkan profesi sebagai guru

Atau alasan lain yang bisa membangkitkan semangat kita dalam menulis.

 

Tentu menulis sebuah buku tidak mudah jika kita hanya mengukir perjalanan hidup kita dimimpi saja. Jadi, semua tergantung pada kita apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja dan hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian. Maka dari itu sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. Dengn alasan yang kuat inilah yang akan membangkitkan semangat untuk menulis dan cinta menulis.

Bagaimana konsep buku non fiksi?

Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

a. Pola Hierarkis yaitu buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit.

Contoh: Buku Pelajaran.

b. Pola Prosedural yaitu buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan.

c. Pola Klaster yaitu buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara.

Adapun proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni :

1. Pratulis

a. Menentukan tema

Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Ada banyak tema dari buku nonfiksi seperti parenting, pendidikan, motivasi dll. Pilihlah tema yang disukai dan dikuasai. Jadi tema bisa berasal dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa, status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan, membaca buku.

b. Menemukan ide

Ide bisa diambil dari lingkungan sekitar. Saat muncul ide, segera langsung untuk menulis kaeran ide akan cepat sekali menghilang.

c. Merencanakan jenis tulisan

d. Mengumpulkan bahan tulisan

Referensi penulisan buku bisa dari sumber berikut ini.

a) Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal.

b) Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal.

c) Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini.

d) Penemuan yang telah didapatkan.

e) Pemikiran yang telah direnungkan

e. Bertukar pikiran

f. Menyusun daftar

g. Meriset

h. Membuat Mind Mapping

Peta konsep ini semacam kerangka tulisan atau bentuk awal dari tulisan kita. Peta konsep ini berisi ide utama, ide pendukung, sumber data, bentuk data yang kita tampilkan. Jadi ini mendorong kita untuk berkreasi mengembangkan ide kita.

i. Menyusun kerangka

2. Menulis Draf

Langkah selanjutnya adalah menulis draf. Tema dan ide yang kita temukan segera kita tulis. Tidak perlu langsung sempurna karena ada tahapan selanjutnya yang harus dilalui. Berikut ini adalah cara menulis draf.

a. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

b. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

3. Merevisi Draf

Dari hasil draf yang kita tulis, kita lanjutkan dengan merevisi tulisan kita. Pada tahap ini kita merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian, serte memeriksa gambaran besar dari naskah tulisan kita.

4. Menyunting Naskah

Menyunting naskah harus sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Ada beberapa hal yang perlu disunting dalam naskah yaitu:

a. Ejaan

b. Tata bahasa

c. Diksi

d. Data dan fakta

e. Legalitas dan norma

5. Menerbitkan

Ini adalah tahapan terkahir dalm menulis buku non fiksi. Tanpa penerbitan, buku non fiksi hanya ada dalam catatan harian saja. Tanpa penerbitan buku tidak akan pernah bermanfaat untuk orang banyak. Kita bisa menghubungi penerbit dan bekerjasama untuk menerbitkan buku kita.

Tidak ada cerita yang berkesan jika tidak ada hambatan dalam menulis. Setiap perjuangan butuh pengorbanan. Setiap kisah pasti ada hambatan. Dan hambatan-hambatan yang dialami penulis dalam menulis adalah:

1. Hambatan waktu

2. Hambatan kreativitas

3. Hambatan teknis

4. Hambatan tujuan

5. Hambatan psikologis

Dari sekian hambatan, ada banyak cara untuk mengatasi hambatan tersebut. Karena solusi dari hambatan itu ada pada diri kita sendiri. Kita bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan hati kita dengan merefresh pikiran kita. Berikut saran dari Bu Musiin untuk mengatasi hambatan menulis.

1. Banyak membaca

2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.

3. Disiplin menulis setiap hari.

Melakukan kegiatan yang menjadi mood booster untuk menulis (melakukan hobi atau kesenangan kita).

Demikian paparan dari Bu Musiin yang sarat ilmu. Semakin kita belajar, semakin banyak yang ingin kita tahu. Tentu belajar tidak menunggu waktu yang tepat karena belajar itu sepanjang hayat.

 


Salam Literasi!

2 komentar:

  1. Mari bu semangat terus, semoga selalu sehat

    BalasHapus
  2. Semangat untuk meluangkan waktu menulis bu. Saat ini lelah... in syaAllah terbiasa selanjutnya.

    BalasHapus

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...