Sabtu, 12 Maret 2022

Miftah

 


Setiap anak punya karakter yang berbeda. Ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Terkadang orang tua lupa untuk mengenalinya. Miftah anak keduaku terbangun. Dia turun dan mencariku yang sedang berhadapan dengan laptop. "Umi nen...nen...nen..." begitulah dia menyeretku dari peraduanku dengan laptop.


Aku pun menyusuinya penuh kasih sayang. Kubelai lepalanya, pipinya, dan punggungya. Menatapnya dan dia pun menatapku. Jari kecilnya membelai pipiku dan bibirku. Dia berhenti menyusu, membelakangi tubuhku. "Sepertinya dia sudah kenyang" fikirku. Aku pun mengambil gawaiku dan menarilah jemariku di layar. 


Miftah melihatku, aku tersenyum. Dia pun tersenyum manis untukku. Dia menghentakan kakinya di kasur, dia mebolak balikan badannya. Aku kembali membelai kepalanya sesaat dan kembali dengan gawaiku. Tiba - tiba tanganya merebut gawaiku dan melemparkannya.  Aku terkejut "Maafkan Umi Nak... Ya, umi untuk kamu, cuma untuk kamu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...