Jumat, 04 Maret 2022

Menguak Dapur Penerbit Mayor



Pertemuan ke-20

Tanggal, 2 Maret 2022

Tema : Pemasaran Buku

Narasumber : Edi S. Mulyanta

Moderator : Muliadi

Resume : Ke 20

Gelombang : 24

 

Malam ini kita sudah memasuki pertemuan ke-20. Malam luar biasa yang penuh dengan ilmu. Bapak Muliadi menemani pertemuan ini dengan mempesona. Kelas belajar menulis bersama PGRI sangat luar biasa.Terbukti pada pertemuan malam ini, tim kelas BM berkenan menghadirkan Bapak Edi S. Mulyanta sebagai narasumber dari Penerbit ANDI Yogyakarta. 

Bapak Edi bekerja di Penerbit Andi sejak tahun 2002. Berbagai jabatan telah disandang, mulai dari staff Litbang sampai posisi publishing consultant & e-book development sampai sekarang. Selain sebagai praktisi dibidang penerbitan, beliau juga seorang akademisi atau dosen. Di dunia tulis menulis tentu belaiu tidak diragukan lagi, buku-buku karya beliau telah lama menghiasi toko-toko di Indonesia. Malam ini beliau akan Menguak dapur penerbit mayor.


Berikut adalah resume paparan dari Bapak Edi. Istilah penerbit mayor sebenarnya mengacu pada jumlah produksi buku yang dihasilkan dalam satu tahun. Penerbit dengan jumlah terbitan di atas 200 judul per tahun dianggap sebagai penerbit skala mayor. Menurut undang-undang no 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 75 pada tahun 2019, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan. 

Buku format digital masih berupa embrio yang belum menghasilkan keuntungan yang sama dengan buku fisik. Sehingga masa depan buku fisik masih sangat menarik untuk dicermati. Maka dari itu kita sebagai penulis teruslah bersemangat untuk berkarya. Selain kita mendapatkan royalty (koin), kita juga mendapatkan poin untuk jenjang akademik. 

Kita bisa memilih jenis buku yang sesuai dengan kompetensi yang kita miliki. Perkembangan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, menuntut penerbit untuk berlomba-lomba menerbitkan buku yang mendukung literasi dasar. Sehingga peluang untuk menerbitkan sebuah buku sangat terbuka lebar. Tulislah perencanaan naskah untuk ditawarkan ke penerbit, dengan cara ATM yang sangat populer Amati, Tiru, dan Modifikasi. Untuk meningkatkan rasa percaya diri kita, tulislah apa yang menjadi passion kita yang sesuai kompetensi yang kita miliki. Kalau kita menulis sesuai kompetensi dan kesenangan kita, secara otomatis rasa percaya diri akan timbul.

 Penerbit saat ini semakin semangat untuk dapat mengisi peluang tersebut, akan tetapi kendala utama penerbit adalah mencari penulis dengan tema yang marketable. Kita sebagai penulis harus mampu memetakan kualitas dan besar market sehingga kita bisa melihat peluang yang menarik untuk mengisi tema-tema buku yang menarik penerbit.

Ada 4 Kuadran yang digunakan oleh penerbit dalam menentukan buku tersebut layak terbit atau tidak didasarkan pada keilmiahan dan besar market. Dan kuadran yang paling menari adalah buku yang mempunyai maret besar dan tentunya diimbangi dengan kualitas yang ideal walaupun cukup sulit mencari kuadran buku yang ideal.Karena keterbatasan modal penerbit, sehingga penerbit memberikan syarat-syarat dan saringan untuk mendapatkan naskah yang mendukung industrialisasi buku. Penerbit biasanya akan melakukan scouting , atau pencarian tema dan penulis, dan tentunya bekerjasama dengan team riset pemasaran untuk menentukan tema apa yang masih dapat diserap pasar. Penerbit, tidak dapat mengesampingkan data pasar buku di Indonesia, sehingga data pemasaran ini sangat penting untuk memberikan arah haluan ke mana produksi buku dapat dikembangkan lebih lanjut.

 

Team riset pemasaran akan memberikan data awal kemana outlet yang menguntungkan, meskipun saat ini masih dalam situasi pandemi. Team pemasaran memberikan arah prosentase daya serap pasar saat ini. Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbit yang membiayai. Karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit. Dan penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penerbitnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.

Tentu jika biaya penerbitan dibiayai penulis sendiri akan memberatkan penulis. Untuk masalah pembiayaan kita dapat mensiasati dengan menulis berbarengan dengan pembiayaan gotong royong antar penulis. Akan tetapi apabila menulis keroyokan, angka kredit yang kecil karena dibagi beberapa penulis. Selain itu agar harga buku yang dijual itu murah dan tidak merugikan penulis maka jumlah eksemplar cetak diperbanyak sehingga lebih efisien dan efektif. Jadi semakin banyak jumlah eksemplar akan semakin murah buku tersebut.

 Kesempatan menulis buku yang terbuka lebar, saat perubahan kurikulum yang menjanjikan. Penerbit Mayor maupun Minor perbedaannya hanya di skala produksi,kita bisa memilah dan memilih penerbit yang tentunya cocok dengan keinginan kita.

 

Konsentrasi penulis adalah di Materi yang otentik, dan unik. Penerbit akan membantu dalam hal Pembahasaan dan Penyajian. Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.

Demikian pemaparan dari Bapak Edi S Mulyanta tentang penerbit mayor, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...