Jumat, 18 Maret 2022

Menjadi Penulis Buku Mayor

 



Pertemuan ke-21

Tanggal, 4 Maret 2022

Tema : Menjadi Penulis Buku Mayor

Narasumber : Joko Irawan Mumpuni

Moderator : Widya Setianingsih

Resume : Ke 21

Gelombang : 24

 

 Jangan takut melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dari satu langkah. Its not imposible sobat.  Mungkin saat ini kita berkata pada dinding- dinding kamar. Ah, mana mungkin tulisanku bisa tembus penerbit mayor. Siapa tahu, melesat hitungan bulan, tahun, buku karya kita menjadi best seller dan bertengger di toko buku Gramedia. Begitu Bu Moderator Bunda Widya Setianingsih membuka acara ini.

Nah, pada malam ini kelas menulis kedatangan narasumber Bapak Joko Irawan mumpuni selaku Penerbit Andi. Malam ini kita akan belajar bagaimana cara Menjadi Penulis Buku Mayor.

Sudah hampir 20 tahun Pak Joko menghidupi dunia penerbitan, penulisan dan aktif di asosiasi penerbit di Indonesia membuat Pak Joko selalu bersemangat jika diajak berdiskusi seputaran Peberbitan dan penulisan buku.


Apa syaratnya agar tulisan kita bisa diterbitkan oleh penerbit mayor?

Kreteria penerbit Mayor itu apa sih, lalu apa bedanya dengan penerbit minor atau penerbit Indie yang mulai banyak bermunculan akhir-akhir ini?

Sebelum teknologi informasi berkembang pesat seperti sekarang ini, orang hanya mengenal penerbit Mayor dan penerbit Minor, masing-masing punya pendapat masing-masing apa yang membedakan penerbit mayor dan penerbit minor. Namun semua pendapat itu merujuk pada satu kesimpulan yang pasti yaitu jumlah terbitan buku pertahun penerbit mayor jauh lebih banyak dibanding penerbit minor. berapa jumlahnya? masing-masing punya pendapat sendiri.

 

Mengapa penulis merasa lebih bangga jika karyanya diterbitkan oleh penerbit mayor? Tentunya naskah karyanya akan dikelola lebih profesional, penerbit mayor biasanya punya fasiliatas lebih baik, modal, percetakan, SDM juga jaringan pemasaran yang lebih luas. Dan agar karyanya bisa masuk diterima diterbitkan oleh penerbit mayor harus melalui sleksi dengan tingkat persaingan yang sangat mat ketat. Contoh di Penerbit ANDI, tiap bulan naskah yang masuk bisa sampai 300 sd 500 naskah dan yang diterbitkan hanya 50 sd 60 judul saja. tentunya sisanya dikembalikan ke penulis atau ditolak.

Karena begitu sulitnya menembus penerbit profesional baik yang penerbit minor apalagi penerbit mayor, maka para penulis ada yang menerbitkan karyanya sendiri yang saat ini penerbit seperti ini kita sebut dengan Penerbit Indie.

 

Yang ditolak hanya naskah Yang Temanya tidak Populer & Penulisnya juga Tidak Populer. Tema populer dan penulis populer akan menjadi buku yang dicari oleh penerbit.

Lalu bagaimana Penerbit mengecek apakah penulis tersebut Populer. Penerbit akan melacak profil penulis dari berbagai sumber: 1). Berapa banyak teman/pengikut di sosial media 2). Seberapa aktif di grup yang diikuti akan lebih baik kalau penulis ini sebagai adminnya dengan jumlah anggota ratusan ribu. 3). Apakah penulis ini punya blog sendiri dan seberapa aktif dan bagimana repon pembacanya. 4).Google Scholar adalah yang paling dicermati oleh Penertbit. Jadi segeralah buat akun Google Schoolar. Sehingga penerbit akan menemakan seperti dalam gambar ini:

Ilmu-ilmu murni akan memiliki lifecycle yang panjang, sampai bertahun tahun buku itu cetak ulang terus karena laku dan tidak perlu direvisi.

Market lebar artinya banyak dibutuhkan oleh masyarakat, jika itu buku pelajaran maka jumlah siswa/mahasiswanya sangat banyak.

 


Pertanyan lain yang sering muncul adalah Penerbit ANDI memakai gaya selingkung apa? Pada umumnya penerbit memakai gaya selingkung semua yang ada didunia. Yang penting konsisten..

 

 Ada dua macam penulis yaitu: Penulis Industrialis dan penulis Idealis. Penulis Industrialis yaitu penulis yang sangat memperhatikan kebutuhan pasar, terbuka dan lapang dada. imbalan finansial tujuan utama, kesempurnaan karya tidak lebih penting dari produktifitas.



Sedangkan penulis idealis kebalikan dari penulis industrialis. Penulis idealis tidak memperhatikan kebutuhan pasar, tidak suak campur tangan pihak lain, imbalan finansial tidak penting, kesempurnaan karya lebih penting dari pada produktifitas.


Untuk penerbit lebih menyukai perpaduan keduanya. Yaitu penulis yang idealis-industrialis. 

Nah kuncinya adalah jangan takut mencoba sesuatu yang baru dan kerja keras serta semangat. Ingat tidak semua mimpi sekedar bunga, dengan rasa percaya diri kita akan mewujudkan mimpi kita menjadi nyata.

 

Demikian paparan pak Joko Irawan Mumpuni menyampaikan kriteria menerbitkan buku di Penerbit Mayor. Semoga karya kita mampu populer dan membawa nama kita menjadi populer. Salam Literasi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PMDK

 Sekolah di sekolah yang favorit penuh dilema bagiku yang mempunyai orang tua dengan taraf ekonomi rendah. Berada di lingkungan yang penuh d...